Semenjak Doyoung menetap di apartemennya Nara justru jarang mengunjunginya. Tidak seintens saat lelaki itu masih tinggal bersama orang tuanya. Karena Nara tidak ingin jika nantinya mereka terlalu sering bersama di apartemen itu mereka bisa kecolongan. Kan kita tidak tahu setan di sekitar kita yang menghasut, sehingga takut-takut keduanya sampai khilaf.
Karena kebetulan di hari Kamis Nara hanya punya satu mata kuliah yang harus ia masuki, itu pun nanti di pukul sebelas siang. Si gadis jadi punya banyak waktu luang di hari itu. Jam 7 pagi Nara sudah tiba di apartemen Doyoung, hanya ingin mampir sebentar untuk memberikan brownies yang ia buat sendiri subuh tadi.
Jangan salah, Nara lumayan piawai dalam hal masak-memasak.
Sampai di depan pintu apartemen Doyoung tanpa rasa sungkan Nara langsung memasukkan password apartemennya. Lelaki itu sendiri yang memerintah Nara agar mengingat password apartemen itu supaya kalau Nara ingin berkunjung tak susah payah harus menghubunginya terlebih dahulu untuk izin masuk.
Mendengar suara tombol pintu apartemennya berbunyi sontak membuat Doyoung yang masih bergumul dalam selimutnya terjaga.
"Siapa sih masih pagi gini kok udah dateng?" monolog Doyoung, suaranya terdengar parau layaknya orang bangun tidur. Tapi ia enggan beranjak.
Doyoung ingat bahwa ia hanya memberikan password apartemennya untuk pacar, mama, dan kakaknya.
Si gadis cantik membuka sneakers yang ia pakai, berjalan menuju bagian kamar dari apartemen tersebut. Ia tersenyum pada Doyoung yang masih membuka satu matanya yang terlihat berat.
"Morning," sapa Nara.
Doyoung menghela nafas gusar. Kenapa sih pacarnya ini selalu mengganggunya?
"Ngapain ke sini?" tanyanya.
Pertanyaan tersebut terdengar ketus. Nara naik ke atas tempat tidur itu. "Bangun ih udah jam segini kok masih molor?"
"Memangnya jam berapa?" tanya Doyoung lagi. Ia merubah posisi tidurnya menjadi menghadap sang kekasih, tepatnya kini lelaki itu tidur di atas paha si gadis.
"Jam tujuh lewat sepuluh menit. Gak ngampus?" tanya Nara sambil menepuk-nepuk pipi Doyoung gemas.
"Hari ini aku harus ke kantor gantiin Papa meeting. Masih ngantuk," keluhnya.
"Aku dateng ke sini cuma mau ngasih brownies yang tadi aku bikin. Dicoba ya!" pinta Nara.
Doyoung mengangguk. "Pasti, sayang."
"Yaudah buruan mandi!" Dengan kasar Nara menepis kepala cowok yang berada di pahanya. Alhasil Doyoung sukses tersadar dengan sempurna karena terkejut.
"Kasar banget sih lo!" sentak Doyoung.
Sementara Nara malah cengengesan karena sengaja melakukannya. Nara turun dari ranjang tersebut, meletakkan kotak bekal berwarna deep pink itu di nakas tv.
Lalu, ia berjalan menuju dapur untuk melihat ada makanan atau tidak di sana. Ternyata meja makan kosong, Nara terpikir untuk menyempatkan waktu membuatkan sarapan untuk Doyoung.
"Aku bikinin sarapan yah Kak? Nasi goreng aja gapapa?" ujar Nara.
"Nara gausah repot-repot sayang." Doyoung meregangkan otot-otot tubuhnya sambil turun dari tempat tidur. "Aku makan brownies buatan kamu ini aja."
Nara mengangguk.
Tapi ia membuatkan Doyoung segelas susu.
Pria itu sudah mencuci muka dan segera bergerak untuk sarapan lebih dulu.
"Enak nggak?" tanya Nara.
Doyoung tersenyum manis sebab kue yang ia cicipi itu memang enak. "Enak banget Nar. Jago masak juga yah kamu. Udah siap jadi istri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Prince✔ [END]
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] Dia memang ketus dan galak, namun bukankah sifatnya yang susah ditaklukkan justru membuatmu makin penasaran? Doyoung fanfiction 2020 Cover: @cindy_muffin