70 [ END]

2.1K 119 24
                                    

Sebagai seorang ayah walaupun sudah punya dua anak yang telah beranjak dewasa, tetapi ketika kembali menemani istri akan melahirkan maka Doyoung tetap merasa gelisah bahkan panik.

Kediaman keluarga Kim cukup sibuk pagi ini untuk bersiap-siap ke rumah sakit.

Setelah berbulan-bulan dilewati bahkan kehamilan Nara hampir masuk bulan ke-10, kemungkinan besar kata dokter si bungsu keluarga Kim akan lahir hari ini ke dunia.

Setidaknya ketika anak ketiga Doyoung lahir semua masalah yang telah terjadi sudah berakhir, mereka sudah kembali harmonis, sehingga menyambut kelahiran si kecil semuanya penuh antusias dan rasa gembira.

Di kamar tampak ada Nara yang terlihat tetap tenang mengatur nafas dan menikmati nyeri yang menjalar pada perut bagian bawahnya karena kontraksi yang semakin intens. Dia ditemani putrinya dan dua orang ibu yang sangat disayanginya. Taeyeon dan Yoona.

Sementara di kamar itu juga ada Doyoung yang tengah mengecek perlengkapan istri dan bayinya untuk dibawa menuju rumah sakit.

Keadaan kamar Nara sunyi, tetap ingin tenang. Hanya didominasi oleh suara dari alat canggih yang dikaitkan di bagian bawah perut Nara guna dapat memperdengarkan detak jantung si bayi.

"Sakit Bun?" tanya Naya. Entah sudah yang berapa kali dia bertanya seperti itu.

Jelas melahirkan pasti sakit. Nara tersenyum kecil sambil mengusap pipi putrinya.

"Nikmat Kak, nanti kamu juga bakal ngerasain yang Bunda rasain sekarang kok," jawabnya.

Naya mendengus. Ia menggeleng.

"Iya sih tapi nggak tau kapan. Cowok aja gak punya. Eh tapi aku lagi males mikirin cowok ah kalo nanti ujung-ujungnya ditinggalin." Pasti tahu sendiri yang Naya maksud siapa. Naya ini semenjak putus dari Sungchan-satu-satunya cowok yang dia pacari belakangan ini, jadi menutup diri sekali pada lawan jenisnya. Dia tetap akrab pada semua orang entah itu cowok-cewek. Tapi kalau ada yang ngajak pacaran pasti gak bisa langsung diterima karena takut tersakiti untuk kesekian kali. Apalagi sama Sungchan dulu mereka sampai sudah hampir serius ingin menikah.

"Kamu gak boleh ngomong gitu dong, Naya. Kalo cowok itu sayang banget sama kamu percaya deh dia gakkan kok ninggalin kamu gitu aja. Sungchan tuh pergi bukan karena gamau lihat kamu lagi, tapi dia mundur agar kamu gak sakit berkali-kali setiap lihat dia. Kamu kalo mau pacaran lagi gapapa malah. Jangan takut buat jatuh cinta lagi." Nara meyakinkan anaknya.

"Aku paham kok Sungchan milih pergi buat kebahagiaan aku. Insyaallah aku udah maafin dia." Senyum Naya terbit meski tampak dia paksakan. Karena masih takut untuk jatuh cinta lagi tidak heran jika Naya masih suka merindukan sosok Sungchan.

"Sabar ya Bun bentar lagi Adek lahir kok. Masih bisa tahan kan?" tanya Naya sambil memijat pinggang ibunya yang terlihat kembali kesakitan.

Perjuangan menahan rasa sakit itu terus Nara nikmati dengan kesabaran penuh.

"Udah beres semua dokternya juga udah Ayah telpon, kita udah bisa ke rumah sakit." Doyoung duduk di sebelah Nara yang langsung memeluknya. Lelaki itu mengusap-usap punggung sang istri yang wajahnya sudah pucat.

"Yaudah aku panggil nenek sama omah dulu deh." Naya keluar dari kamar orang tuanya.

"Ya Allah Mas sakit banget," lirih Nara semakin mengeratkan genggamannya pada Doyoung.

Doyoung mengelus perut istrinya. "Kuat ya sayang aku yakin kamu bisa kok lahirin adek."

Pukul sepuluh pagi Doyoung dan keluarga sampai di rumah sakit. Ruangan yang telah dipesan kini sunyi dan tenang. Hanya didominasi oleh suara alat canggih yang ada di ruangan itu.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang