39

1.6K 169 43
                                    

Doyoung menyapu wajahnya dengan telapak tangannya usai berdoa. Si tampan Doyoung baru saja selesai melaksanakan salat subuh. Sadar bahwa masalah yang beberapa waktu belakangan menjauhkannya dari sang ilahi, ini waktunya dia untuk kembali bersujud memohon ampunan serta tak lupa bersyukur atas nikmat yang didapatkannya kepada Allah taala. Bahkan Doyoung menjadikan salat sebagai kegiatan yang tak boleh terlewatkan. Sungguh suami idaman sekali dia ini.

Doyoung beranjak dari posisinya sembari melipat sajadah. Tersenyum lebar ketika melirik putrinya yang masih tidur pulas. Masih nyaman dengan kain sarung yang melilit di pinggangnya, Doyoung menghampiri sang anak di tempat tidur mereka itu. Ternyata memang sangat menyenangkan mempunyai anak, pikirnya. Setidaknya kini Doyoung mempunyai alasan bahwa ia tidak boleh terlalu menggilai pekerjaannya karena di rumah ada sang anak yang menunggu untuk diajak bermain bersama.

"Good morning putri Ayah tercinta. Bangun yuk." Karena gemas Doyoung mencium tiap inci wajah Naya dengan bertubi-tubi. Berakhir bayi itu menangis karena terusik.

Tapi tangisan anaknya tidak membuat seorang Kim Doyoung panik. Justru inilah yang ia inginkan. Pelan-pelan Doyoung meraih tubuh Naya supaya digendong.

"Ulululu jangan nangis ya, Naya sama Ayah kok ini. Jam segini Bunda pasti lagi sibuk jadi Naya belum boleh dulu mimi susu. Jalan-jalan sama Ayah ya?" Punggung kecil bayi itu ditepuk-tepuk pelan agar tenang. Doyoung memperlakukan putrinya dengan penuh kasih sayang. Turun dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela kamarnya yang akan menyuguhkan pemandangan indah rumahnya.

Tapi cara itu nggak berhasil. Justru Naya semakin kencang menangis. Alhasil Nara yang sedang sibuk di dapur jadi merasa terpanggil hanya dengan tangisan anaknya itu.

"Kok Naya bisa nangis?" tanya Nara dengan nada sinis pada Doyoung. Yang ditanyai justru menyengir polos.

"Gemes abisan ya aku cium deh mukanya jadi bangun dianya hehehe," jawab Doyoung.

Nara berdecak sambil geleng-geleng kepala. Suka kesal melihat ulah usil sang suami yang tidak ada bosannya mengganggu anaknya.

"Kamu ini ya Mas ada-ada aja. Aku masih sibuk loh nyiapin sarapan, beresin rumah juga belum, eh kamu malah bangunin Naya." Semenjak punya anak Nara jadi nyata seperti ibu-ibu di luar sana. Doyan ngomel.

"Maaf, Bunda. Ya siapa suruh kamu punya anak yang lucu banget gini. Pipinya sampe tumpah-tumpah gini lihat deh, gimana gak gemes pengen gigit. Jangan ngambek entar jelek loh," kata Doyoung sambil mencubit pelan bibir Nara yang sudah mengerucut seperti mulut bebek. Doyoung tidak habis pikir dia dikelilingi dua perempuan yang sama-sama imut sekarang. Bawaannya pengen peluk mereka setiap saat.

"Ya kamu ngertiin aku dikitlah, aku kan capek juga ngurusin anak sama rumah masa minta tolong bentar jagain Naya gak bisa?" Kembali Nara menggerutu. Cepat-cepat Doyoung membawa Nara masuk ke pelukannya.

"Udah dong ngambeknya aku kan udah minta maaf. Namanya gemes sama anak sendiri sayang masa gak boleh? Udah ya mending kamu sekarang susuin Naya dulu deh biar aku lanjutin kerjaan kamu yang belum beres tadi. Kamu lagi ngapain tadi?" tanya Doyoung.

"Cuma nyuci piring sih," jawab Nara.

"Ya Tuhan nyuci piring aja ngambeknya udah kayak gak dikasih uang bulanan aja kamu ini hahaha. Yaudah aku lanjutin nyuci piringnya ya." Doyoung mengoper Naya pada Nara yang berdiri di depannya. Di rumah itu mereka cuma tinggal bertiga jadi harus saling kerja sama. Kecuali Naya kecil yang belum bisa dan ngerti apapun.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang