"Ngapain lo berdua di sini? Tumben amat." Sampai di kediaman keluarga Lee, Nara dan suaminya disambut dengan Taeyong yang membukakan pintu untuk mereka.
Taeyong terlihat kaget saat mendapatkan adiknya dan sang suami sama-sama menggendong bayi, maksudnya yang Taeyong tahu Nara dari hasil pernikahannya masih memiliki satu keturunan. Hanya Naya yang sedang berada di dalam gendongan Doyoung, dia sama sekali tidak mengetahui bayi siapa yang adik perempuannya itu bawa.
"Heh lo gendong anak siapa?" tanyanya kritis.
Otomatis Nara menurunkan pandangannya melihat Juno yang bersembunyi di dalam gendongannya. Bayi laki-laki itu tidak tertidur, tetapi dia tenang sekali di posisinya.
"Di rumah ada siapa aja?" tanya Nara sengaja mengabaikan pertanyaan sang kakak.
Karena hal tersebut membuat Taeyong merotasikan matanya kesal.
"Ada Mamah sama Papah, Jennie juga ada di sini."
Penjelasan Taeyong hanya Nara tanggapi dengan mulutnya yang ber-oh ria dengan bebas.
"Yaudah kita masuk ya. Makasih lho pintunya udah dibukain Mbok. Wle." Nara menjulurkan lidahnya mengejek sang kakak sembari bergelayut manja di lengan suaminya masuk ke rumah orang tuanya itu.
Adiknya itu masih sangat bocah sekali. Taeyong mengelus dada penuh kesabaran. Setidaknya kerinduan dengan Nara yang selama ini ia pendam kini sudah terobati tanpa direncanakan.
"Lo berdua duduk di situ dulu dah gue panggilin bokap sama nyokap dulu. Kalo mau minum ambil sendiri, gak usah manja gue bukan pembantu kalian." Kakak Nara bicara lagi sambil naik ke lantai atas meninggalkan adiknya dan Doyoung yang sudah duduk di ruang keluarga.
Baru saja duduk di sofa Naya sudah meminta ingin turun dari gendongan Doyoung, anak perempuan itu sudah lancar berjalan sehingga sekarang sedang aktif-aktifnya bergerak.
"Jangan jauh-jauh ya Nak. Hati-hati jalannya, awas jatuh!" instruksi Doyoung pada Naya yang sudah berdiri di depan meja ruang keluarga itu.
Lalu Doyoung mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Datang ke rumah mertuanya untuk meminta maaf sekaligus menjelaskan lebih detail lagi tentang keputusannya untuk merawat anak Sejeong dan Mingyu ini Doyoung sudah membawa bukti yang cukup kuat untuk membela diri. Ia menggeser layar ponselnya yang memperlihatkan deretan gambar-gambar Sejeong yang masih belum sadarkan diri dari komanya. Doyoung berharap jika bukti yang ia miliki ini dapat membantunya untuk kembali mengutuhkan hubungan Nara dan keluarganya.
"Ngapain kalian ke sini? Gak cukup kemarin udah ngusir Mamah? Masih punya muka buat dateng ke rumah ini?" Suara perempuan itu seketika membuat Nara dan Doyoung menoleh. Yoona berdiri di depan mereka, di sampingnya ada Donghae yang sudah mengusap-usap pundak sang istri yang sudah terbakar emosi dengan mudahnya.
Yoona menepis tangan sang suami yang merangkulnya.
"Mamah kesel Pah baru kali ini nemu anak bungsu kita yang kasar gini ke Mamahnya sendiri," sambungnya.
"Mah apaansih? Belum juga ngobrol Mamah udah marah-marah kayak gini. Niat aku dateng ke sini baik lho Mah mau jelasin semuanya. Mamah dengerin kami dulu ya?" pinta Nara.
Yoona masih dengan muka tertekuk kesal tidak menanggapi pernyataan sang anak. Namun, dia tidak menolak ketika suaminya menuntun dirinya untuk bergabung duduk di ruang keluarga itu.
"Jadi apa yang mau kalian bicarain ke Mamah? Papah juga mau tau soalnya daritadi Mamah kalian ini ngedumel mulu sambil nangis," ucap Donghae.
Memang sesantai itulah orang tua Nara dan Taeyong ketika berbicara dengan anak-anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Prince✔ [END]
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] Dia memang ketus dan galak, namun bukankah sifatnya yang susah ditaklukkan justru membuatmu makin penasaran? Doyoung fanfiction 2020 Cover: @cindy_muffin