53

1.1K 135 11
                                    

Doyoung bangun tidur paling pertama dari anggota keluarganya di pagi hari ini. Matanya belum terbuka secara penuh, tetapi di tempat tidur itu dia bisa melihat jika istri dan anak-anaknya tidur dengan nyenyak. Ia tersenyum, bisa melihat tiga orang tersayangnya berada dekat dengannya seperti ini adalah salah satu kebahagiaannya.

Doyoung bergerak sangat hati-hati di atas ranjang itu, dia ingin mencium satu persatu kening anggota keluarganya yang tampak masih enggan bangun dari tidur panjang mereka padahal hari mulai cerah. Setelah berhasil mencium kening mereka sambil mengucapkan selamat pagi, Doyoung meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Meraih ponselnya, di layar ia mengetahui kalau saat ini masih pukul lima pagi.

Hari Minggu. Ia tidak pergi bekerja di hari libur. Namun, Doyoung sangat berharap jika Nara juga melakukan hal yang sama sepertinya. Beristirahat di rumah seharian ini. Lelaki itu berjalan ke arah sisi tempat istrinya tidur. Sampai di sana, Doyoung duduk di bibir ranjang dan memperhatikan dengan seksama wajah Nara yang sangat ia cintai sambil tangannya mengelus rambut sang pujaan.

Jelas ada kesedihan di wajah pria itu. Doyoung sadar kalau yang menyebabkan pertengkaran ini adalah dirinya sendiri. Tadi malam dia sama sekali tidak ada berinteraksi dengan istrinya itu. Mungkin saja tindakannya saat ini pun mengganggu Nara, terlihat wanita itu semakin menenggelamkan wajahnya di punggung kecil Juno yang masih terlelap.

Ternyata Nara memang benar sudah bangun tidur. Hanya saja perempuan itu enggan untuk beranjak. Mengetahui Doyoung yang berada di sampingnya semakin menambah kekesalan Nara. Ia mencoba masa bodoh dengan jantungnya yang berdegup karena terkadang masih belum terbiasa seintim itu dengan suami sendiri.

"Good morning, Sayang. Bangun yuk." Tapi Nara masih diam.

Doyoung mengigit bibirnya, ragu jika Nara sudah bisa memaafkannya. Namun, dia tetap akan berusaha untuk mengembalikan keadaan. Doyoung memeluk perut Nara, menyandarkan kepalanya di pundak kecil sang puan.

Oiya jika ditanya masalahnya apa sampai Nara sangat mendiami Doyoung pagi ini maka jawabannya ialah, Doyoung meminta Nara berhenti bekerja dan terus memaksa Nara supaya mau punya anak lagi. Bahkan gak jarang dalam satu Minggu penuh pria itu minta mereka terus berhubungan seks. Gila, kan?

"Sayang maafin aku ya. Aku sayang banget sama kamu. Aku gak bisa didiemin kamu kayak gini. Bangunlah!" rengeknya.

Gemas. Nara mati-matian berusaha untuk tidak bergerak. Percuma, tetap saja Doyoung seakan ingin semakin menempel dengannya. Bahkan lelaki itu sedang mencium pipinya berkali-kali seakan sengaja mengusiknya.

"Mas ah! Udah!" Nara mendorong dada Doyoung agar jauh darinya. Merubah posisi menghadap ke arah kiri agar berhadapan dengan suaminya.

"Aku lagi sering kasar sama kamu ya Nar? Aku minta maaf," ucap Doyoung.

Penjelasan Doyoung cukup membuat Nara mengingat kejadian tadi malam. Bagaimana Doyoung yang menghentaknya sangat kencang sehingga Nara sampai menangis ketakutan.

"Maaf yah Nar. Kalo hari ini aku minta kamu gak kerja dulu, boleh? Kita urus anak-anak sama beresin rumah bareng-bareng ya?" kata Doyoung lagi.

Tanpa pikir panjang Nara mengangguk menyetujui. Dia tidak akan pergi ke kafe hari ini. Suaminya saja tidak berangkat kerja, tidak mungkin dia meninggalkannya di rumah dengan pekerjaan rumah tangga yang menumpuk ditambah anak-anak yang sangat aktif.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang