Karena pertengkaran Doyoung dan Jaehyun tempo hari sudah benar-benar sangat membekas di ingatan Naya. Anak itu jadi takut tiap kali melihat ayahnya.
Tak jarang menangis kencang dan menghancurkan barang jika mengetahui Doyoung berada di rumah.
Doyoung memijat kepalanya yang sakit. Memikirkan bagaimana cara agar tak membuat Naya membencinya.
"Mungkin Naya trauma aja lihat kamu berantem besar sama Kak Jaehyun. Sampe tonjok-tonjokkan gitu kok, wajarlah anak kecil takut." Tapi Nara selalu ada untuk menenangkan.
Suaminya tersenyum pahit memandanginya.
Jujur Nara merasa bersalah sekali, andai dia tak mau diajak mengobrol di depan rumah dengan Jaehyun pasti takkan pernah terjadi kejadian ini.
"Sini Narendra sama aku." Doyoung berdiri dari duduknya, ia meraih tubuh anak keduanya yang berada dalam pangkuan sang ibu. "Jalan-jalan yuk sama Ayah."
Rindu sekali Doyoung pada Rendra usai seharian lelah bekerja.
Tapi lebih nelangsa hidupnya karena sudah beberapa hari tak melihat Naya. Anak itu lebih senang mengurung diri di kamar, atau pergi ke rumah neneknya.
Yang terpenting tidak melihat ayahnya.
Naya masih berumur enam tahun saja sudah bisa sampai pada tahap semarah itu pada ayahnya sendiri.
Sampai tak mau menemui pria itu.
Sakit sekali hati Doyoung.
Asyik-asyiknya mengajak Rendra keliling rumah, senyum bahagia Doyoung terukir karena ia menemukan putrinya yang keluar dari kamar.
"Bunda."
Tapi anak itu seakan sengaja tak melihat keberadaan ayahnya.
Ia jalan melewati Doyoung dan berjalan menuju kamar orang tuanya cuma mencari sang ibu.
Di kamar itu Naya berlari memeluk ibunya yang sedang bersantai memainkan ponsel di atas tempat tidur.
"Bunda ayo ke rumah nenek aja," kata Naya yang sudah memeluk Nara yang menatapnya keheranan.
"Ke rumah nenek? Ngapain Nak? Udah malem lho ini, besok yah." Ia merapikan rambut anaknya yang berantakan.
Naya menggeleng.
"Ada PR nggak? Kakak pasti capek nih habis pulang les. Bobo sini sama Bunda." Masih umur enam tahun tetapi Naya sudah banyak mengikuti les privat. Mulai dari kelas menari, melukis, dan menyanyi. Anak itu mempunyai banyak bakat dan harus didukung.
"Aku gak mau tinggal di sini, ada orang jahat," bisik Naya.
"Hush. Siapa coba?" tanya Nara polos.
"Ayah," jawab Naya tegas.
Maka Nara mengusap pipi anaknya itu.
Ia menatap Naya tegas.
"Naya, udah, kamu gak boleh bersikap seperti ini lagi sama Ayah kamu sendiri. Selama ini yang sayang banget sama kamu tuh Ayah, dia paling gak bisa jauh dari kamu. Jadi Naya maafin Ayah ya," bujuk Nara.
"Gak mau! Ayah jahat udah pukul Om Jaehyun. Aku takut lihatnya," ujar Naya.
"Itu urusan orang dewasa Nar kamu gak ngerti apa-apa. Maafin Bunda udah bikin kamu lihat pertengkaran mereka." Nara mendekap erat tubuh Naya yang masih murung. Hatinya sakit melihat anaknya sudah tidak ceria kemarin.
Pintu terbuka menampakkan Doyoung yang masuk.
"Bun, Rendra nangis. Haus deh kayanya," kata Doyoung.
Tapi kedatangannya membuat Naya beranjak keluar dari kamar.
"Sini Mas biar Rendranya sama aku," balas Nara.
"Naya."
Langkah Naya otomatis terhenti.
Itu suara ayahnya. Mereka sudah beberapa hari terakhir tidak saling bicara dan jujur Naya sangat merindukan ayahnya yang hampir setiap hari ia lihat.
Tapi tiap kali melihat wajah Doyoung hanya ada rasa marah dan muak yang menyelimuti diri Naya.
"Jangan marah sama Ayah lagi dong. Maaf." Doyoung sudah berdiri di depan putrinya.
"Nggak! Ayah serem. Ayah udah marahin Bunda. Udah pukul Om Jaehyun juga." Emosi Naya meletup-letup.
"Iya tapi itu Ayah lakuin karena Ayah takut Om Jaehyun ambil Bunda dari kita," ujar Doyoung.
"Om Jaehyun orang baik kok!" timpal Naya. "Memang Ayah yang jahat seperti monster yang menyeramkan!"
Jantung Doyoung berdebar. Dadanya sakit mendengar ucapan Naya yang demikian.
"Aku Ayah kamu, Nay." Kedua matanya memanas.
Doyoung berusaha menggenggam tangan anaknya namun ditepis cepat.
"Aku benci sama Ayah. Ayah aku udah mati!" Bagai petir menyambar. Atmosfir di kamar itu jadi sangat dingin dan sendu.
Nara dan suaminya sudah membeku di tempat masing-masing. Mereka harap tak salah dengar.
"Bunda ayo pergi dari sini." Tiba-tiba Naya menarik tangan ibunya. Ia sudah menangis kencang. Benar-benar tak mau melihat ayahnya saat ini. Tolong bawa Naya pergi.
"Maafin Ayah Nak."
Tangis Doyoung pun membludak.
Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Naya sudah sangat membencinya.
Keadaan Naya benar-benar memilukan semua orang. Anak itu sampai tantrum tiap melihat ayahnya yang masih saja enggan menjauh darinya.
Keluarga Nara dan Doyoung bingung mencari solusi untuk menyembuhkan si kecil cantik itu.
"Doyoung, lebih baik kamu sementara waktu tidak tinggal bersama istri dan anak-anakmu. Setidaknya sampai Naya gak takut lagi. Mungkin kita juga nanti harus membawa Naya ke psikolog untuk mengobati traumanya ini. Bagaimana?" itu saran yang datang dari Donghae—ayah Nara.
"Anak sama istriku gimana Pa? Mereka masih butuh aku," ucap Doyoung pelan.
Nara menggenggam tangan suaminya erat.
"Mas gak apa-apa yah untuk sementara waktu kamu pergi. Kamu bisa tinggal di rumah Mama kamu dulu sampai Naya udah mau terima kamu. Aku masih bisa kok ngurus Naya sama Rendra sendiri."
"Sayang. Aku gak bisa," tekan Doyoung.
Terus menolak untuk tetap tinggal pun takkan merubah keadaan. Naya tetap mengamuk tiap kali melihat ayahnya.
Mungkin menjauhi anak itu untuk sementara waktu harus dilakukan. Ini semua demi kesembuhan jiwa Naya.
"Aku janji akan sering-sering ke sini Nar. Tanpa sepengetahuan Naya. Kamu jaga diri baik-baik."
Pun siapa yang tahu bukan cuma Doyoung yang pergi dari rumahnya sendiri, melainkan diam-diam Jaehyun beserta keluarga kecilnya memutuskan untuk pindah rumah.
Jaehyun mendapatkan kabar kalau rumah tangga Doyoung sedang memprihatinkan. Ini pasti salahnya.
Vote comment
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Prince✔ [END]
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] Dia memang ketus dan galak, namun bukankah sifatnya yang susah ditaklukkan justru membuatmu makin penasaran? Doyoung fanfiction 2020 Cover: @cindy_muffin