Bonus Chapter 1

1.2K 91 3
                                    

Semenjak lahirnya Devandra itu membuat keluarga Kim terlihat bertambah harmonis. Karena anak-anak sudah mulai paham bagaimana mengurus bayi meskipun masih perlu belajar lagi, setidaknya itu membuat Nara lebih banyak waktu istirahat.

Misal, setiap pagi pasti Naya selalu menghampiri kamar orang tuanya hanya karena ingin menggendong si bungsu.

Atau ada pula Rendra yang sering mengayunkan baby box Devan kala anak bayi itu sudah waktunya tidur.

Seperti saat ini Naya dan Rendra tengah mencoba memberikan asi pada adik mereka yang sudah dipindahkan ke dot susu. Nara hanya memperhatikan anak-anaknya saling berinteraksi sembari membereskan kamarnya yang berantakan semenjak punya bayi lagi.

"Kenceng banget anjir nyedot susunya," kata Naya yang membawa Devan ke dalam pangkuannya.

Rendra menoyor kepala kakaknya. "Mulut lo Kak dijaga lagi di depan Adek juga."

"Oiya lupa hehe." Seketika Naya menampar pelan bibirnya sendiri karena suka keceplosan ngomong kasar padahal lagi di depan orang tuanya maupun bayi itu. Ya walaupun Devan masih bayi yang berumur dua bulan setidaknya mulai membiasakan bicara yang baik agar anak itu mendengar hal-hal yang positif saja.

"Jangan mulai deh. Berantem mulu," sahut Nara yang sedang melipat-lipat handuk milik anggota keluarganya.

"Ini Bun, Kakak-" Tapi Rendra gabisa lanjut bicara saat Naya tiba-tiba membekap mulutnya. Rendra refleks menjambak Naya alhasil mereka jadi berantem.

"Bunda, Rendra jambak aku!" Naya mengadu.

"Lo duluan ih iseng." Rendra membela dirinya sendiri.

Nara mendengus. "Udah berapa kali dibilang kalo berantem jangan pas gendong Devan nanti dia jatuh. Sini deh Devannya sama Bunda aja."

Mendengar itu membuat Naya memeluk Devan erat seperti enggan kalau adiknya itu jauh-jauh darinya.

Lalu, Naya menggeleng.

Melihat gestur anak perempuannya itu yang Nara pahami, dia hanya berdecak lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Gantian! Gue mau juga dong pegang Devan," kata Rendra.

"Nggak boleeeehhh! Devan tuh anak gue ya. Jangan ada yang rebut! Titik!" tegas Naya.

Daripada Naya nanti bersedih lagi maka keluarganya lebih memilih mengiyakan lebih dulu. Masalahnya, semenjak Naya putus dari Sungchan dia jadi lebih makin moodyan, egois, serta gampang nangis.

"Dih bukan lo yang lahirin, Bunda tuh. Devan lebih sering bareng lo padahal Bunda kan juga pengen bareng anaknya. Gue juga mau. Kak gantian gendong Adek dongg!" rengek Rendra.

"No! Apaan sih lo, Ren. Belajar sana deh," usir Naya.

Dua kakak Devan itu sudah ada di kamar Nara dan Doyoung sekitar satu jam yang lalu. Tapi yang banyak memegang Devan ya hanya Naya. Entahlah, mungkin dia mulai terobsesi ingin punya anak juga?

"Ntaran ah, mager." Rendra merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia mulai lelah debat sama Naya. Alhasil sekarang tidur di kasur orang tuanya.

"Bun, biasanya kalo Devan udah minum susu dia bakal ngapain lagi?" tanya Naya.

"Digendong sambil ditepuk-tepuk punggungnya biar dia sendawa. Biasanya kalo udah selesai minum susu dia tidur lagi," jelas Nara.

Mendengar penjelasan ibunya Naya hanya bisa membulatkan mulut seakan paham. Ternyata punya bayi amat sangat membahagiakan. Walaupun Naya belum merasakan jadi ibu secara langsung, tetapi karena menjaga Devan dia banyak mendapatkan edukasi tentang mengurus bayi yang baik dan benar.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang