35

2K 181 28
                                    

Di umurnya yang masih berada di awal 20-an tahun menjadi orang tua baru bukanlah hal yang mudah bagi Nara. Ia masih butuh ilmu dari ibunya mengenai cara merawat anak bayi yang baik dan benar itu seperti apa saja. Juga, Nara bersyukur mempunyai suami yang sangat menyayanginya. Tiap kali Naya terjaga di tengah malam pasti Nara selalu menemukan Doyoung yang menenangkan bayi mereka itu lebih awal darinya.

"Padahal pas masih di dalem perut dia tuh gak bisa diem banget loh Mas tapi kok pas udah lahir jadi tukang tidur gini ya? Aneh banget anak kamu nih hahaha," kata Nara yang sedang mengelus pipi Naya yang baru saja memejamkan matanya kembali begitu ditimang-timang oleh Doyoung. Pukul 2 dini hari, tadi Naya sempat menangis kencang disebabkan karena ia buang air kecil. Doyoung yang menggantikan popok bayinya itu lalu menggendongnya agar bisa tenang.

"Kayaknya dia udah kenal ayahnya deh. Masa nih ya baru aku angkat aja badannya bisa langsung diem loh kalo pas lagi nangis. Sayang Ayah ya Nak?" Doyoung bicara pada putrinya yang sudah terlelap. Senyumnya terlihat manis ketika merekah lebar seperti itu.

Nara yang mendengar itu langsung bergeming. Secara tidak langsung yang dapat Nara tangkap dari omongan Doyoung demikian ialah bahwa Naya akan sulit dekat dengannya karena sekarang sudah terbiasa selalu berada di dekapan sang ayah, jelas hal itu membuatnya tersinggung sebagai sosok yang telah mengandung dan melahirkan si kecil menggemaskan itu.

Karena istrinya jadi mendadak murung jelas bahwa itu menarik perhatian Doyoung. Ia menarik Nara agar berada di dekapannya.

"Kenapa sayang kok kamu jadi kelihatan cemberut gitu sekarang? Perutnya sakit?" tanya Doyoung. Nara melahirkan lewat operasi caesar, hal itu tiap kali membuat Doyoung justru jadi paranoid jika Nara merasa terbebani dengan bekas jahitan operasinya itu. Padahal, Nara yang punya jahitan operasi caesar itu benar-benar sudah baik-baik saja sekarang. Kesehatannya sudah kembali pulih.

Nara menggeleng. "Mas aku tidur lagi ya? Ngantuk."

"Biasanya kamu kalo Naya kebangun masih mau main sama Naya loh, Bun. Beneran ngantuk?" tanya Doyoung.

"Iya ngantuuukk. Lagipula Naya kan udah bobo lagi, gausah digangguin deh," jawab Nara sembari menunjukkan deretan giginya di depan Doyoung, tapi itu cuma senyum palsu.

"Yaudah ayo tidur," balas Doyoung.

Nara cuma mengangguk saja.

Ketika pasutri itu sudah merebahkan tubuh di ranjang keduanya diam, sedang sibuk dengan isi kepala masing-masing.

Nara menggeser posisi tubuhnya miring ke kanan. Malu sekali sudah cemburu buta seperti tadi pada suaminya, pasalnya Naya tidur lebih dekat dari jangkauannya. Nara mencium kening putrinya penuh sayang.

Lalu, ia menengadahkan kepalanya melihat sang suami.

"Mas!" panggilnya lumayan tegas karena Doyoung tak kunjung selesai termenung. Entah apa yang sedang pria itu pikirkan sehingga bisa melamun sangat larut seperti itu.

Doyoung terhenyak. Kedua alisnya naik seolah bertanya kepada Nara mengenai panggilannya itu.

"Kamu kenapa? Lagi ada masalah kah? Jangan sembunyiin apapun dari aku dong," rengek Nara.

"Nggak kok. Aku baik-baik aja," jawab Doyoung.

"Besok udah mulai kerja apa belum?" tanya Nara

Seketika Doyoung menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan sang istri.

Sebenarnya, Doyoung tak benar-benar dipecat dari pekerjaannya. Papanya masih berbaik hati mau menerima kembali Doyoung menjadi wakil direktur di perusahaan keluarga mereka itu. Tapi sampai saat ini belum ada kabar dari ayahnya itu mengenai kapan ia bisa kembali bekerja. Sudah sebulan Doyoung berada di rumah saja. Termasuk Jungwoo yang belum bisa ia kerjakan kembali menjadi sekretarisnya karena posisi kerja mereka bisa dibilang sedang digantung saat ini.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang