57

1K 129 5
                                    

Doyoung sudah berada di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kenapa dia ada di sana? Seperti permintaan Nara yang sekarang sudah dilarikan ke rumah sakit karena pembukaan rahimnya yang semakin bertambah, Nara ingin sekali melihat Juno sebelum dia melahirkan. Kabar baiknya, terus bekerja sama dengan Jungwoo akhirnya Doyoung menemukan informasi tentang Mingyu.

Entah apa yang ada di pikiran Mingyu, lelaki itu secara tiba-tiba diketahui akan melakukan penerbangan menuju Amerika Serikat membawa putranya. Dugaan Doyoung mungkin saja benar jika Mingyu sengaja ingin Juno menghindari keluarganya. Padahal setelah semua cinta dan kasih sayang yang Doyoung berikan untuk Juno sama sekali tak membutuhkan imbalan, anehnya Mingyu bersikap serakah seperti ini. Tidak bisakah mereka saling menjaga Juno?

BUGH!

Satu tinjuan keras dari Doyoung berhasil meluncur tepat di pipi Mingyu begitu si pria bergigi kelinci itu sudah berhadapan dengan targetnya. Doyoung kesal, marah, tapi sekaligus ada rasa bahagia bercampur pada hatinya saat ini. Setidaknya bisa menemukan Mingyu adalah suatu kepuasan untuknya.

Mingyu tidak terlihat marah sama sekali ketika Doyoung menghadiahkan bogem mentah itu untuknya. Dia hanya meringis kesakitan memegangi rahangnya, sorot matanya dalam menatap pria di depannya.

"GUE NYARIIN LO TERUS MING TAPI BANGSATNYA LO MALAH MAU PERGI KAYAK GINI! LO MAU BAWA JUNO KE MANA?!" teriak Doyoung. Tak peduli dengan sekitar yang sekarang atensinya sudah mengarah ke arah mereka.

Tiba-tiba ada yang masuk ke dalam ruang kosong di antara dua pria itu.

Juno mendorong tubuh Doyoung agar menjauh dari ayahnya.

"AYAH NDA BOLEH JAHAT SAMA PAPAH JUNO! JUNO BENCI SAMA AYAH!" Juno menatap Doyoung sinis sekali. Berbeda dengan Juno yang Doyoung kenal, dia bukan anak seperti itu. Juno seperti orang berbeda semenjak ikut orang tuanya.

Mingyu mengelus rambut Juno seakan memintanya untuk tenang. Dia tidak pernah mendidik Juno menjadi anak yang kasar, sama sekali merasa heran ketika anak itu bersikap tak terpuji seperti demikian pada ayah angkatnya.

"Juno gak boleh kayak gitu ya Nak, ini kan ayahnya Juno," katanya.

Doyoung berdecih sebal. "Gak usah sok baik deh lo Ming. Ini pasti gara-gara lo makanya Juno bisa kasar kayak gini ke gue. Lo yang bener dong didik anak!"

Mingyu menghela nafas kasar. Dia tidak ingin lagi ada perdebatan di antara mereka.

"Terserah lo mau ngomong hal buruk apapun tentang gue. Tapi gue cuma mau ngasih tau kalo gue emang udah bukan seperti Mingyu yang dulu, yang kasar sama siapapun dan bisa jahat sama siapa aja. Gue bakal bawa Juno pindah, kami bakal mulai hidup baru di London biar gak terus merepotkan keluarga lo," jelas Mingyu.

"Untuk apa lo lakuin itu? Juno masih anak gue. Sekarang gue butuh dia. Dia harus ikut sama gue karena Nara sekarang keadaannya lagi kritis di rumah sakit. Juno pulang sama Ayah ya, Nak?" Doyoung sudah berlutut di depan Juno agar pandangan mereka saling bertemu ketika berbicara.

Namun, Juno justru mengalihkan pandangannya. Ia memeluk erat Mingyu.

"Hei kamu kenapa? Juno pulang sama Ayah ya? Juno mau lihat dede bayi kan?" kata Doyoung.

Juno menggeleng. "Juno mau sama Papah aja!"

"Juno gak boleh gitu dong ke Ayah. Emang Nara kenapa kok bisa sampai kritis di rumah sakit sekarang?" tanya Mingyu.

"Istri gue udah mau melahirkan. Tapi dia minta gue buat bawa Juno sebelum persalinannya tiba. Sekali ini aja bantu gue Ming. Plis!" mohon Doyoung.

Mingyu ikut mensejajarkan posisinya agar setara dengan Juno. Ia memegang kedua pundak anaknya secara tegas.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang