55

1.1K 136 12
                                    

Berniat menemui sang anak di hari pertama dia  penjara ternyata gagal total. Namun, hal tersebut tidaklah membuat semangat Mingyu luntur. Dia masih bersikeras untuk membujuk Doyoung dan Nara agar dapat berjumpa dengan Juno, darah dagingnya sendiri yang terakhir kali ia gendong saat anak itu baru lahir ke dunia.

Mingyu sudah berdiri di depan kediaman rumah Doyoung. Pria itu kali ini berpakaian lebih casual dan berwarna. Karena Mingyu tidak ingin memberi aura menakutkan jika nanti berhadapan dengan Juno. Dari ambang pintu utama rumah itu Mingyu mendengar celotehan anak kecil yang lumayan nyaring, seakan jaraknya dekat sekali dengannya.

Saat tangannya hendak mengetuk pintu megah rumah itu dia sedikit tersentak kaget karena secara bersamaan dia tidak tahu jika tampaknya si penghuni rumah akan keluar dari sana. Mingyu terlihat menepi sedikit dari daun pintu rumah kediaman Doyoung itu.

"Iya nanti Ayah jemput sekolahnya. Kakak jangan rewel, oke?" Doyoung keluar dari rumahnya terlihat menggandeng tangan putrinya yang sudah tampak cantik dan rapi dengan seragam sekolah yang dipakai. Naya cerewet pagi ini karena takut jika Doyoung tidak menjemputnya sekolah, ayahnya masih libur kerja hari ini karena sang istri yang masih sakit. Semua pekerjaan yang selayaknya Nara kerjakan sebagai ibu rumah tangga sekarang harus beralih pada Doyoung.

Saat tatapan Doyoung mengarah luar rumah sontak netranya terbelalak melihat seseorang yang ada di depannya itu. "M-Mingyu?"

Seutas senyum manis terbit di bibir Mingyu. Ia mencoba terlihat ramah.

"Selamat pagi, Doy." Tatapan Mingyu sekarang berpindah ke arah Naya. "Ini anak lo? Cantik ya mirip lo banget."

Doyoung menghela nafasnya kasar. "Ngapain lagi lo ke sini lagi?"

Doyoung tidak menaikkan nada bicaranya sedikitpun pada Mingyu. Ada anak kecil di antara mereka sekarang. Namun, jelas pernyataannya terdengar sinis pada sang lawan bicara.

"Seperti yang gue bilang semalem gue gak akan putus asa buat bisa bertemu dengan anak kandung gue, Doy. Dimana Juno?" tanya Mingyu.

"Juno? Kenapa Om cari Juno? Ayah, Om ini siapa?" sahut Naya. Ia masih anak-anak maklum jika banyak rasa ingin tahu.

Doyoung mengusap rambut anaknya penuh sayang. "Naya masuk ke mobil duluan ya. Nanti Ayah nyusul."

Bola mata Naya berkeliaran memandangi dua cowok dewasa di hadapannya secara bergantian. Lalu, barulah dia membalas pernyataan sang ayah lewat anggukan kepala.

"Juno ada di dalam tapi gua gak bisa temuin lo sama dia. Dia pasti bakal kaget banget Ming kalo tiba-tiba ada orang asing yang mau bawa dia pergi," kata Doyoung setelah Naya masuk ke dalam mobil sudah bersiap diri hendak pergi sekolah.

Dahi Mingyu mengerut bingung. "Gue orang asing? Gue ayahnya Juno, Doy."

Jari-jarinya sudah terkepal kuat saat dicap sebagai orang asing untuk anak kandungnya sendiri oleh lawan bicaranya.

Kedua pria itu benar-benar tidak ingin berbasa-basi. Percakapan keduanya terlihat tegas dan jelas.

"Karena lo gak ada dari dia lahir hingga sampai saat ini. Oke soal itu gue bisa paham, lo ada di penjara selama lima tahun belakangan ini. Maksud gue lo bahkan gak mau langsung bertanggung jawab saat tau Sejeong hamil anak lo. Lo bajingan, Kim Mingyu." Doyoung mengatakan tepat di wajah Mingyu dengan tatapannya yang sudah memanas menatap tajam manik mata di depannya. Masih pagi sekali untuknya sudah terbakar emosi seperti ini. Apalagi saat ini keluarga kecil Doyoung sedang diisi dengan kebahagiaan yang baru menghampiri.

Nara hamil lagi. Semua gejala yang Nara rasakan beberapa hari ini jelas merujuk ke arah tersebut, Doyoung dapat merasakannya. Nara yang mual-mual bisa sehari entah berapa kali, ditambah perempuan itu yang jauh jadi lebih malas bergerak dan sensitif, dan gejala yang lebih meyakinkan kalau Nara hamil lagi ialah saat Nara mengatakan kalau dia memang sudah tidak mendapatkan datang bulan tepat satu bulan terakhir ini.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang