Doyoung bingung mengapa kemarin saat ia bertemu dengan Arin di mall yang jalan dengan pria lain ia menjadi sangat marah. Cemburu? Tidak mungkin.
Ia bahkan tidak yakin sudah betulan cinta sama Arin mengingat mengajaknya pacaran itu hanya iseng sebab sedang bosan dengan Nara.
Tapi keadaan itu bukan mengartikan kalau Doyoung sudah tidak mencintai istrinya itu.
Cinta dan sayangnya sangat besar untuk Nara sehingga berpikir untuk meninggalkannya tidak pernah ingin Doyoung coba sampai kapan pun.
Tok.. tok.. tok...
"Iya masuk."
Setelah suara ketuk pintu itu ditanggapi maka si tamu masuk dengan hati-hati.
"Arin. Ada keperluan apa, Rin?" tanya Doyoung lembut. Ia sengaja meredam emosi di depan wanita itu.
Doyoung merasa tidak memiliki keperluan dengan Arin untuk saat ini sehingga bingung atas kedatangannya.
Tampak Arin menyodorkan sebuah kertas ke arah atasannya itu.
Maka pria yang menjadi suami Nara itu membuka surat yang sekretaris bawa untuk dibaca.
"Apa maksud kamu Arin kok tiba-tiba mau resign? Kamu udah gak suka sama pekerjaannya?" tanya Doyoung.
"Saya suka sama pekerjaan di sini Pak, nyaman, gajinya pun sesuai, tapi saya memilih resign karena udah tidak bisa jadi pacar simpanan Anda, Pak Doyoung." Hati-hati sekali Arin berbicara.
Tapi tetap aja alasan yang Arin pakai tidak Doyoung sukai.
"Lho kenapa? Saya juga pacaran sama kamu gak aneh-aneh kok, saya kan punya istri." Astaga mulut sama sekali tidak merasa panas kah bicara itu.
Arin mengangguk. "Justru karena Bapak udah beristri saya gak mau ganggu. Saya juga wanita Pak saya tahu bagaimana perasaan Ibu Nara kalau tahu ia diduakan. Pasti sakit sekali. Saya benar-benar sangat merasa bersalah pada beliau."
Manis sekali Arin berucap.
Percuma kalau ia pun mau dijadikan pacar simpanan.
"Pasti kamu lebih milih pacar kamu ya?" tebak Doyoung.
Membuat Arin tergagap. Kok bisa atasannya ini tahu tentang privasinya yang cukup sensitif dibahas.
"Bapak tahu saya punya pacar?" Arin bertanya memastikan dan rupa-rupanya langsung dijawab anggukan kepala dari Doyoung yang berhasil membuatnya terhenyak.
Kaget sudah pasti.
Apakah Doyoung sempat menelusuri latar belakang kehidupannya diam-diam?
"Saya sempat lihat kamu jalan sama cowok lain di mall. Ternyata kamu memang wanita murahan ya. Mau pacaran sama boss kamu di kantor, di luar kantor udah beda lagi cowoknya." Doyoung tertawa sarkas.
"Pak! Jaga ya ucapan Bapak barusan!" Arin marah. Ia tidak terima dianggap wanita murahan.
"Saya menerima ajakan pacaran kamu karena kalau kamu saya tolak pasti akan semakin marah, dan memecat Jungwoo adik saya kan, Doyoung. Kamu cowok brengsek. Saya sangat menyesal kerja di sini." Buku tangan Arin memutih ia kepal kuat-kuat.
Matanya mendelik tajam ke arah Doyoung yang seperti lewat tatapannya itu mampu menusuk si lawan bicara.
Tapi Doyoung tak gentar. Tak takut sama sekali pada Arin yang sudah meledak seperti ini di depannya.
"Yasudah kamu hari ini keluar dari kantor ini," ucapnya enteng.
Arin menghentakkan kakinya. Air matanya keluar deras sembari pergi dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fierce Prince✔ [END]
Fanfiction[ SUDAH TAMAT ] Dia memang ketus dan galak, namun bukankah sifatnya yang susah ditaklukkan justru membuatmu makin penasaran? Doyoung fanfiction 2020 Cover: @cindy_muffin