36

1.6K 215 82
                                    

Seperti biasa tiap pulang kerja Doyoung selalu disambut oleh sang istri tercinta. Bahagianya sederhana, hal itu saja sudah cukup membuatnya tak henti untuk tersenyum.

Namun, berbeda kali ini ia justru tak mendapatkan balasan atas senyum manisnya itu. Ia melihat Nara tampak murung ditambah wajah cantiknya itu kelihatan lelah sekali saat ini.

"Kamu sakit?" tanyanya langsung pada sang istri yang kini berada dalam rangkulannya. Pasangan suami-istri itu tampak berjalan bersama menuju kamar mereka.

Nara melirik sekilas wajah Doyoung lalu menggigit bibir bawahnya seakan tengah mencoba menguatkan diri akan berbicara dengan lawannya itu. Mengapa ia masih mau berada di tempat yang sama dengan orang yang telah menyakitinya?

Begini, Nara sudah sempat pulang ke rumah orang tuanya. Namun, Nara tidak diperbolehkan untuk kembali pulang ke sana sebelum masalahnya dengan suaminya selesai secara tuntas.

Tentu saja Yoona marah mengetahui anaknya diduakan. Kecewa sekali dengan Doyoung yang ia pikir dapat setia hanya dengan satu perempuan yaitu anaknya, Lee Nara. Tapi ia pikir perlu memberi waktu pada anaknya itu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dengan sang suami sebelum ia bawa pulang. Kalau keduanya sudah cocok ingin berpisah barulah ia akan turun tangan ikut membantu perihal perceraian mereka.

Perselingkuhan jelas tidak bisa dimaafkan.

"Nggak. Kamu langsung pergi mandi ya Mas, aku mau siapin makan malam dulu buat kamu," jelas Nara.

Cepat-cepat Doyoung mencekal lengan Nara yang hendak berjalan menuju dapur. Sontak langkah Nara terhenti tepat di tempat ia berdiri.

"Gausah Sayang tadi aku udah makan di luar." Senyum Doyoung semakin merekah ketika beradu pandang dengan Nara yang masih menunjukkan wajah tanpa ekspresinya.

"Makan sama siapa?!" Pertanyaan Nara yang sangat tegas secara tiba-tiba itu seketika membuat Doyoung terhenyak. Kenapa Nara tiba-tiba marah?

"Y-ya makan sendirilah," jawabnya cepat. Kemudian Doyoung mengernyit. "Kamu ini kenapa sih?" lanjutnya.

Nara menghela nafas gusar lalu menggeleng cepat.

"Aku gak papa. Yaudah mandi gih."

"Gimana hari kamu hari ini? Baik? Naya gimana?" tanya Doyoung lagi. Doyoung pasti tak pernah absen bertanya seperti itu pada Nara tiap kali mereka berjauhan. Itu Nara anggap sebagai bentuk perhatian sang suami atas dirinya. Bagaimana mungkin ia dapat percaya bahwa orang yang selama ini selalu bersikap manis kepadanya tega-teganya menduakannya?

"Baik," jawabnya singkat saja.

"Bagus deh. Kalo gitu Mas mandi dulu ya? Siapin baju Mas jangan lupa." Doyoung mulai melepaskan pakaiannya satu persatu barulah ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Nara memandangi kemeja dan celana bahan yang semula menempel di badan Doyoung kini sudah berada di genggamannya. Duduk di ranjang menemukan posisi ternyaman. Perlahan-lahan, lengan Nara mulai bergerak merogoh tiap saku di kain itu. Tak ada hal-hal mencurigakan terkait perselingkuhan suaminya itu di setelan kantornya hari ini. Seperti biasa hanya ada ponsel, kunci mobil, dan dompet yang selalu Doyoung bawa kemana-mana. Bahkan aroma parfumnya pun masih sama seperti pagi tadi, Nara tak menemukan ada wewangian wanita di sana. Ayolah, Nara bingung bagaimana bisa Doyoung menyembunyikan perselingkuhannya serapi ini darinya.

Hanya tak habis pikir pada lelaki itu setelah semua yang ia berikan untuknya kini justru air mata kecewa yang Nara dapatkan. Nara selalu percaya pada Doyoung tentang semuanya. Di usia pernikahan mereka yang masih seumur jagung suaminya itu sudah goyah kesetiaannya, tak bisa berharap lagi pernikahan mereka akan berakhir hingga maut memisahkan. Nara siap jika harus berpisah dengan suaminya. Ia masih sanggup menjadi ayah sekaligus ibu untuk anaknya. Namun, melihat Naya yang sangat dekat dengan ayah kandungnya itu Nara jadi tak sampai hati. Bahkan saat Naya masih dalam kandungan, semua perhatian Doyoung diberikan untuknya.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang