63

910 107 19
                                    

Narendra pagi ini menemukan sosok ayahnya yang sungguh asing. Memandangi pria berusia awal empat puluhan itu dari atas kepala hingga ujung kakinya. Jika setiap hari Doyoung tak pernah lepas dari setelan kerja yang terkesan formal, justru hari ini dia keluar dari kamarnya tampak rapi dan wangi dengan penampilan casual layaknya model remaja sampul yang nyentrik.

Roti selai coklat yang awalnya berada di genggaman Rendra sukses jatuh tepat di piring begitu saja. Mulut anak laki-laki itu terbuka lebar. Masih belum percaya kalau yang ada di depannya adalah ayahnya.

Doyoung keluar beriringan dengan Nara yang sudah rapi juga.

"Kenapa? Ayah ganteng kan?"

Doyoung mengusap pelan bagian depan dari rambutnya penuh kesombongan.

Mata Rendra mengerjap. Sepenuhnya sudah sadar kalau yang dia lihat saat ini memang ayah kandungnya.

"Ayah ngapain dandan kayak anak muda gini? Mau nyari ABG labil buat dipacari? Itu Bunda di samping Ayah lho" tanya Rendra sekenanya.

Doyoung terkekeh sambil menatap istrinya. Mereka berjalan ke arah meja makan itu. Sebelum dia duduk sempat mengacak rambut sang anak.

"Boleh juga tuh saran kamu. Haha."

"Bun—"

"Rendra..."

Suara berat Doyoung bersama tatapan tajam ke arah Rendra cukup membuat anak laki-laki itu untuk bungkam. Rendra hanya tersenyum semanis mungkin di depan Doyoung sambil menunjukkan jarinya yang membentuk huruf V.

"Jawab dulu pertanyaan Rendra, Yah. Ayah mau kemana sih stylish banget kayak gini?" Masih bertanya ketika belum kunjung mendapatkan jawabannya sejak tadi.

"Date with my daughter. Kamu berangkat sekolahnya sama Ayah atau mau sendiri aja?" jelas Doyoung seraya meneguk susu hangat yang tersedia di depannya padahal perutnya belum terisi makanan apapun. Sudah jadi kebiasaan Doyoung lebih dulu minum susu putih itu tiap paginya.

"A-apa? Coba ulangin kalimat awal Ayah tadi aku gak denger begitu jelas!" pinta Rendra mendadak tergagap ngomongnya.

"Gak ada pengulangan ya Narendra, dah ah Ayah mau sarapan. Kamu juga tuh sarapannya dihabisin dong, malah bengong aja." Doyoung mengigit pinggir roti tawar yang selalu ada di meja makan. Sebenarnya Nara juga masak tapi dominan anggota keluarganya ketika sarapan lebih menikmati roti dan susu saja.

Nara benar-benar sudah memaafkan pria itu. Terlepas dari segala jeratan masa lalu yang terus menghantui. Nara menerima lagi cinta Doyoung dan ingin agar mereka membuka lembaran baru yang lebih baik. Untuk waktu ia bisa tidur bersama lagi dengan suaminya itu belum tahu kapan, ia harus mempersiapkan diri.

Sebetulnya pernikahan mereka sudah salah. Berpisah bertahun-tahun tanpa komunitas yang jelas. Sudah bisa dikatakan bercerai. Namun, Doyoung tidak pernah menjatuhi talak apapun, Nara pun tidak pernah mengurus surat perceraian di pengadilan agama, ia setia menunggu suaminya.

Ketika bertemu kembali nyatanya rasa cinta mereka tak surut sedikitpun. Masih mau memberi kesempatan untuk memadu kasih lagi. Inilah kenapa pernikahan mereka masih tersambung meski sudah lama saling berjauhan.

C

uma saat ini satu kendala yang cukup sulit Doyoung lalui ialah menghadapi putrinya sendiri. Doyoung tahu untuk maafin dia yang dulu pernah selingkuh tuh gak bakal segampang itu. Apalagi Naya dia tinggal benar-benar di usia yang masih kecil banget. Pasti ada trauma yang akan anak itu alami kelak.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang