50

1.3K 147 10
                                    

Masuk ke kamar Nara menemukan Doyoung yang sedang duduk termenung di meja kerjanya. Setelah percekcokan dengan ibu mertuanya tadi bukan berarti tidak membuat Doyoung kembali untuk bolos bekerja. Sudah cukup sering Doyoung melimpahkan pekerjaannya pada sang sekertaris, tidak lagi sekarang. Karena pasti Jungwoo akan lelah dan repot sendiri jika mengatasi jadwal pekerjaan Doyoung yang sangat padat.

Sampai di depan sang suami Nara langsung merangkul pria yang sangat dia cintai itu. Seketika membuat Doyoung terhenyak dari lamunannya. Keduanya saling mengumbar senyum untuk satu sama lain. Nara dapat melihat jelas wajah Doyoung dari jarak dekat. Beberapa waktu belakangan terasa sulit bagi mereka berdua. Wajar Nara menemukan Doyoung yang kelihatan sangat lelah seperti ini.

"Pasti hari ini mood kamu jadi jelek banget ya karena omongan Mamahku tadi pagi?" Nara membuka percakapan. Sejak pulang kerja dia menemukan suaminya itu jadi murung sehingga berpikir perlu membahas perihal ini lagi.

Doyoung menuntun langkah Nara agar duduk di pangkuannya. Hal itu membuat sang wanita tampak terkejut sampai wajahnya sudah memerah. Mereka ini jarang bersentuhan yang terlalu berlebihan jika hanya sedang duduk bersantai seperti ini. Namun, malam ini justru keduanya sama sekali tidak ingin berjauhan.

Pertanyaan Nara belum Doyoung jawab. Lelaki itu masih nyaman menyandarkan kepalanya di atas pundaknya, pelukan Doyoung di perutnya bahkan sangat kencang dan hal yang bisa Nara lakukan hanya diam sembari matanya mengabsen satu-persatu benda yang ada di atas meja kerja suaminya.

"Maaf Ya Na gara-gara aku kamu jadi makin jauh dari keluargamu," ucap Doyoung.

Nara sedikit bergerak dari posisinya. Merubah arah duduknya agar dapat melihat sang suami. Lengannya dengan bebas melingkar di leher cowok yang menikahinya sudah satu tahun lebih itu.

"Ini kan yang bikin kamu daritadi murung? Aku beneran gak papa kok sayang," jelas Nara.

Doyoung menggeleng. Setelah ini Nara akan sulit berhubungan dengan keluarga utamanya itu, tetapi dia masih saja berada di pihaknya.

Doyoung sama sekali tidak habis pikir dengan Nara yang masih menaruh seluruh kepercayaan yang ia miliki kepadanya.

"Omongan Mamah kamu tadi bener lho Nar, kamu gak seharusnya ikut sama aku buat ngurus Juno yang jelas-jelas dia anak dari mantan pacar aku. Kalo kamu tadi mau ikut pulang sama Mamahmu aku gak papa, aku persilahkan. Aku cuma gak mau ka—" Seketika dia membatu di tempatnya saat perempuan di depannya itu mengecup bibirnya. Seakan cara tersebut sengaja Nara gunakan untuk membungkam mulut Doyoung.

Nara tertawa kecil puas melihat Doyoung yang kaku seperti ini sekarang.

"Aku ini istri kamu, mau kamu ada bikin salah juga ya aku berhak buat masih ada di pihak kamu. Karena menikah itu menerima kekurangan dan kelebihan pasangan sendiri, selalu bersama dalam suka maupun duka dan dalam senang maupun susah bareng pasangannya itu. Aku percaya kalo kamu udah berubah. Kamu gakkan lagi lirik-lirik cewek di luar sana, aku percaya kamu gak gitu lagi. Sekarang aku mau kita mikirin cuma buat ngurusin anak-anak kita aja dengan baik. Karena selagi kita masih bersama aku yakin setiap masalah yang ada di rumah tangga kita ini pasti bisa terselesaikan. Jangan sedih lagi ya?" pintanya.

Ucapan Nara benar-benar menenangkan hati Doyoung yang mendengarkan.

Secara sempurna senyumnya terbit.

"Makasih ya sayang," ucap Doyoung sambil menyandarkan kepalanya di atas dada sang istri.

Nara mengusap-usap punggung suaminya itu dengan pergerakan lembut dan searah. Dia tidak tahu harus bagaimana bersikap dengan keluarganya lagi sekarang, tetapi yang jelas saat ini Nara tidak ingin ada lagi konflik antaranya dan suaminya itu.

Fierce Prince✔  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang