SELAMAT MEMBACA💘
•••
"CAPEEEK WOI!" Endro berteriak setelah menurunkan bangku-bangku yang tadi dinaikkan ke meja agar mudah disapu oleh siswi-siswi di kelasnya.
"Lagian wali murid yang mau rapat, muridnya yang disuruh bersih-bersih," keluh cowok itu lagi.
Akmal tertawa pelan dan melempar sekaleng minuman pada temannya itu agar minum dulu. Lalu melanjutkan tugasnya.
"Salah sendiri tadi malah keliling nyari cewek nggak bantuin. Mampus kan lu suruh nyelesein sendiri," cibir Tama.
"Lah ngaca dong bosku, tadi lo juga ikut sama gue. Kenapa gue doang yang disuruh nyelesein." Endro masih mencak-mencak tidak terima.
"Dih, gue tadi udah bantu-bantu baru ikut lo keliling." Tama menyahut. "Udah, ikhlas aja napa sih, nggak akan selesai kalo lo ngedumel terus bego!"
"Lo yang bego!"
Tama mengacungkan jari tengahnya pada Endro dan keluar kelas. Malas meladeni temannya yang satu itu.
"KETUA KELASNYA AJA MINGGAT NGGAK TAU KE MANA. NGGAK ADIL NIH NGGAK ADIL!"
Murid kelas 11 IPA 3 tertawa mendengar teriakan itu dari luar. Mereka memang sepakat menghukum Endro karena tadi tidak ikut bantu-bantu membersihkan kelas malah keliling nyari cewek.
"Itu kenapa teman kalian?" Bu Ririn, Wali Kelas 11 IPA 1 bertanya karena teriakan Endro sampai ke telinganya.
"Dihukum, Bu, tadi nggak ikut kerja bakti," jawab Akmal. "Anak kesayangannya Bu Weni loh itu, Bu."
Bu Ririn membuka pintu kelas itu dan melihat Endro sedang menurunkan bangku.
"Itu beneran nggak ada yang mau bantu?" tanya Bu Ririn pada murid-muridnya itu. Cewek-cowok kompak menggelengkan kepala.
"Ya ampun kasihan." Bu Ririn terkekeh, mengundang gelak tawa dari mereka.
"Nggak usah kasihan sama dia, Bu. Pantes kok dihukum begitu," ujar salah satu siswi yang jengkel setengah mati sama Endro. "Dia juga nggak pernah piket, Bu. Itung-itung ganti waktu piket."
Bu Ririn menggeleng pelan dan sekali lagi melihat Endro sibuk sendiri. "Kalian jangan berdiri-berdiri aja nanti kalo Kepala Sekolah lihat bisa ditegur."
"Udah selesai semua kok, Bu," balas salah satu dari mereka.
"Ya sudah. Ibu tinggal ya." Guru itu pergi.
Tama menyenggol lengan Miko. Cowok itu dari tadi sibuk dengan ponselnya. Padahal cuma keluar masuk WhatsApp tidak membalas atau mengirim pesan dengan siapapun. Gabut sekali kan dia?
"Lo nunggu kabar siapa?" tanya Tama.
Miko menoleh dan menggelengkan kepalanya. Ia menyimpan ponselnya itu dan berdiri. Hendak menyusul Lakra di rooftop. Kebiasaanya setiap hari Jumat pasti kabur ke sana.
"Mau ke mana?" Kali ini Akmal yang bertanya pada Miko.
"Nyusul Lakra." Miko menjawab. "Lo berdua di sini aja temenin Endro."
Miko melangkahkan kakinya menuju tangga di sebelah kelasnya. Ia berpapasan dengan beberapa siswa yang kelasnya ada di atas. Membalas sapaan mereka satu per satu dengan ramah. Itu kebiasaannya semenjak semakin dikenal di SMA Anggrek karena menjadi ketua Vektor.
"Miko."
Cowok itu menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Pasya, Sevina, dan Anna berjalan ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...