50. Olahraga Malam

501 38 4
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Meskipun Miko memutuskan untuk menghentikan sementara penyelidikan tentang kasus yang ada dan memilih untuk menunggu kabar terbaru dari Lakra, tetapi ia masih mencari tahu sendiri. Ia ingin membuktikan siapa pengkhianat di Vektor yang sebenarnya.

"Pasti Lakra udah tau banyak soal Vektor dan Rektor di masa lalu, bahkan yang nggak tercatat di dokumen itu," gumam Miko sembari menatap laptopnya.

Ia membuka folder berjudul "Sadapan Markas Rektor" yang sudah Rayn, Aldi, Satria, dan Kevin rapikan menjadi satu.

Rekaman pertama hingga rekaman ke tujuh masih aman dan tidak ada keganjalan, tetapi di rekaman ke delapan Miko mendengarkan suara seseorang yang membuatnya terus mengulang-ulang rekaman itu.

Suara Gatra, Dewa, Rafi, dan satu orang yang masih asing. Itu yang Miko dengar. Berarti benar Dewa dan Rafi bekerja sama dengan Gatra. Apa suara orang yang belum ia kenali itu Rektor 1 yang sering dihubungi Dewa?

"Rektor satu, ketua Rektor pertama," gumam Miko sembari memejamkan matanya.

"Nggak salah lagi, Fendi juga terlibat direncana Gatra yang mau hancurin Vektor. Apa justru dia yang cetusin rencana itu?"

Senyum miring Miko terlihat. Satu per satu masalah itu harus selesai. Urusan Gatra, Dewa, Rafi, dan Fendi tidak terlalu ia pusingkan sekarang. Penyelidikan tentang kecelakaan yang merenggut nyawa Davin dan kematian Dega sang ketua Rektor kedua jadi titik fokus utamanya.

"Gue akan cari tau siapa pengkhianat yang Lakra maksud. Darah harus dibayar dengan darah dan nyawa harus dibayar dengan nyawa," ujar Miko sembari mengetuk pelan pematik rokok ke punggung tangannya secara berulang kali.

Ponselnya berdering ada nama Tama di layar ponselnya. Perlahan ia meraih ponsel itu dan menerima panggilan telepon dari Tama.

"Bawa orang itu ke markas, jangan sampe lepas," perintah Miko setelah mendengar Tama mengatakan orang yang selalu mengawasi markas Vektor sudah ditemukan.

Miko memakai hoodie merah marun, belt, lencana, dan bandana berwarna hitam dengan desain khusus yang hanya dimiliki oleh Ketua Vektor.

Langkahnya tegas saat menuruni anak tangga. Di ruang keluarga ada papa, mama, dan adiknya. Miko mengendap-endap keluar dari pintu belakang.

Miko mendorong motornya hingga jauh dari halaman rumahnya. Diujung kompleks ia baru menyalakan mesin motornya dan melaju menuju markas.

Di dalam markas sudah banyak anggotanya. Semua memasang raut wajah yang cukup tegang dan penuh amarah.

Miko melemparkan kunci motornya pada Gerald dan mengikuti langkah Tama menuju taman belakang.

"Lo kaget pasti siapa yang bakal lo temui malam ini," ujar Tama merangkul bahu Miko dan mengulum senyum miringnya.

Akmal membuka kain hitam yang menutupi wajah cowok yang duduk terikat di bangku kayu.

"Rafi," sebut Miko saat melihat mantan ketua Osis SMA Anggrek yang menjadi penguntit markas Vektor.

"Ternyata lo orangnya," ujar Miko menatap bengis cowok itu. "Mana Dewa, Gatra, dan Fendi? Lo sekongkol kan sama mereka?"

Tama, Akmal, dan Endro saling melempar tatapan. Jadi benar Rektor 1 itu Fendi?

Miko tertawa remeh dan memutari tubuh Rafi. Langkahnga terhenti dan berjongkok di samping tubuh Rafi yang diikat pada bangku kayu.

"Rafi ... Rafi, jadi ini mantan ketua Osis Anggrek yang sangat disegani? Sekarang jadi babunya Gatra?" ujar Miko meremehkan.

"Jaga mulut lo," desis Rafi menatap nyalang Miko yang terang-terangan menghinanya.

"Dibayar berapa lo sama dia? Berani banget nyerahin nyawa ke kandang singa," kekeh Miko pelan.

"Enaknya kita kasih waktu berapa lama buat olahraga malem, Ko?" tanya Tama.

Miko berdiri dan menyerahkan semuanya pada ketiga inti Vektor yang ada di sini. Ia tidak akan mengotori tangannya sendiri untuk berolahraga malam dengan Rafi.

"Jangan langsung diajak olahraga, cari tau dulu apa yang dia tau. Semuanya, terutama soal Dega," bisik Miko pada Tama dan diangguki oleh Koor Pasukan 130 itu.

Saat Miko sudah menjauh dan berdiri di ambang pintu dengan tangan bersedekap, Tama meminta Akmal dan Endro untuk mendekat.

"Lo tau apa soal Fendi?" tanya Tama langsung pada intinya. "Dia ketua Rektor pertama?"

Rafi diam dan memalingkan wajahnya.

"Lo diem, berarti bener Fendi ketua Rektor pertama," putus Tama.

Akmal dan Endro sudah merenggangkan otot-otot mereka. Siap untuk olahraga malam gratis bersama Rafi, tetapi Tama menahannya.

"Dega, lo kenal dia juga kan? Ketua Rektor yang tewas dibunuh secara sengaja oleh seseorang dan menjadikan anggota Vektor angkatan tiga sebagai kambing hitam," ujar Tama masih berusaha mengulik informasi dari Rafi.

"Gue rasa lo tau semua hal tentang dendam Rektor ke Vektor. Dan apa rencana Gatra untuk menghancurkan Vektor," ujar Tama lagi tetapi Rafi masih diam.

"Lama, Tam, mending baku hantam aja langsung," usul Akmal sudah tidak sabar.

"Bener anjing gue udah nggak sabar olahraga malem sama kelinci percobaannya Gatra," timpal Endro dengan seringaiannya.

Tama mengangkat dagu Rafi menggunakan balok yang dilemparkan oleh Endro.

"Siapa Dega?" tanya Tama memajukan wajahnya mendekat pada Rafi. Memberi tatapan nyalang pada cowok itu.

"Gue nggak tau Dega siapa," jawab Rafi terlihat sangat jelas dari raut wajahnya jika Rafi berbohong.

"Lepasin gue!" Cowok itu memberontak. Inti Vektor membiarkan Rafi memberontak sekuat mungkin, semakin dia memberontak maka tenaganya semakin terkuras.

"Lo tau Fendi dulu anggota Vektor wakilnya bang Derwin? Lo pasti juga tau rencana Fendi dan Gatra yang melibatkan lo dan Dewa," ujar Tama pada Rafi yang menelan salivanya susah payah.

"Muka lo tuh udah ketebak kalo lo tau semuanya. Lo nggak akan berani ngawasin markas Vektor kalo lo nggak tau kartu As Rektor," ujar Tama lagi.

Akmal dan Endro masih menyimak setiap kata yang Tama lontarkan. Keduanya sama-sama terdiam karena tidak kepikiran sampai sejauh itu. Mereka akui Tama sekarang jago stalking.

"Sekarang lo mau cerita sendiri atau perlu kami minta pake olahraga malem?" tanya Tama pada Rafi, kemudian melirik sekilas ke arah Akmal dan Endro, melayangkan senyum penuh arti ke mereka berdua.

"Gue nggak tau apa-apa, lo salah tangkep gue dan bawa gue ke sini. Gue nggak akan kasih tau apapun," ujar Rafi melirik sinis ke arah ketiga inti Vektor itu.

Tama mengangguk dan membalikkan badannya. Meminta persetujuan dari Miko untuk olahraga malam bersama Rafi. Miko mengangguk sekilas dan berlalu pergi.

"Mal, Ndro, puas-puasin. Masuk ICU nggak pa-pa asalkan jangan kebablasan ke liang lahat. Kita belum siapin tempat strategis buat ngubur dia soalnya," ujar Tama disusul tawa bengisnya.

"Asiiiiik olahraga malem!" Endro memekik senang dan menepuk bahu Akmal untuk melepaskan ikatan tangan dan kaki Rafi pada bangku kayu yang cowok itu duduki.

Akmal memiting leher Rafi dan berbisik, "Kata-kata terakhir sebelum kita olahraga malem apa, Raf? Selain selamat tinggal pada dunia tentunya."

To Be Continue

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang