SELAMAT MEMBACA💘
•••
"Jelaskan maksud dari semua foto itu ke Papa sekarang!" tegas Gani Dimasarya—Papa Miko—sembari melempar beberapa foto ke meja.
"Papa sudah mewanti-wanti kamu untuk tidak bergaul dengan orang-orang jahat, Miko!" lanjutnya penuh ketegasan.
Miko tersenyum simpul dan mengambil foto-foto itu. Melihatnya satu per satu dan terkekeh pelan.
"Dapet dari mana foto ini?" tanya Miko sembari melirik ke arah papanya sebentar.
"Papa hanya perlu meminta orang dan memberinya imbalan," ujar Gani enteng, "jangan mencoba untuk mengalihkan topik, Miko!"
"Pa, Miko sudah besar. Miko punya kehidupan sendiri. Biarkan Miko menikmati masa-masa remaja yang tidak akan Miko rasakan lagi saat tua nanti," kata Miko mencoba mengobrol santai dengan papanya yang sedang kesal padanya.
"Papa tau Vektor, Miko. Geng itu banyak musuh, sering terjadi perang dan banyak nyawa yang melayang. Kamu mau pulang ke rumah tinggal jasad dan nyawa saja?" Gani menatap serius putra sulungnya yang duduk berhadapan dengannya.
"Miko tau. Lagipula Miko di Vektor jadi ketua, Pa. Miko akan ajak semua anggota berbuat hal baik. Miko ingin membuat Vektor dipandang positif sama orang-orang, terutama Papa," balas Miko kembali meletakkan foto-foto yang ia pegang.
"Vektor tidak sejahat yang Papa kira, mereka semua orang baik. Miko senang berteman dengan mereka." Miko mencoba menepis terang-terangan sudut pandang papanya mengenai Geng Vektor.
"Bagaimana jika Kakungmu tau, kamu menjadi bagian dari Vektor?" tanya Gani membuat Miko terdiam sesaat.
"Kakung dan Uti pasti akan mengizinkan Miko menjadi Ketua Vektor. Mereka tidak pernah bisa menolak permintaan Miko, iya tidak?" Miko tersenyum penuh kemenangan.
Gani menggeleng pelan dan melepaskan kaca mata bacanya. Kemudian menyenderkan tubuhnya dan bersedekap.
"Kamu itu sudah hidup enak, Miko. Kamu akan menjadi pewaris perusahaan Papa. Apakah semua kolega bisnis Papa masih mau bekerja sama saat calon pimpinannya menjadi ketua geng motor urakan?" ujar Gani membuat Miko mengerutkan kening.
"Miko mau jadi pengacara, Papa Bos Besar terhormat," ujar Miko dengan wajah sangat berharap. "Vektor tidak akan urakan lagi."
"Lebih baik kamu melanjutkan bisnis Papa," sahut Gani masih tidak mengizinkan Miko menjadi pengacara. Jika bukan Miko siapa lagi yang akan menjadi penerusnya?
"Kan ada Meisya," sahut Miko menyebut nama adiknya yang masih berumur sepuluh tahun.
"Adikmu itu masih SD, Miko. Kalau Papa meninggal saat adikmu masih SD atau SMP, apa dia bisa mengambil alih perusahaan Papa?"
Miko menghela napas berat. "Selalu, selalu Papa bawa-bawa hal itu kalo lagi ngancem halus Miko," decaknya.
"Oh tentu, itu cara agar kamu mau menuruti semua kemauan Papa," kata Gani semakin membuat Miko tidak habis pikir.
"Kamu tau 'kan Papa pernah di posisi sulit? Tiga tahun lalu Papa kehilangan semua harta Papa, kita bangkrut saat itu, Miko. Sebagian besar aset Papa sudah disita bank. Untungnya Kakungmu mau merekrut Papa untuk mengurus salah satu bisnisnya," ujar Gani mengingatkan masa-masa sulit tiga tahun lalu.
"Mungkin itu pertanda kalau Papa tidak boleh memiliki perusahaan sendiri. Coba dari dulu Papa sudah tergabung dalam bisnis Kakung, pasti kita tidak pernah mengalami masa-masa sulit. Miko juga tidak harus meninggalkan semua yang ada di sini saat itu," ujar Miko.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...