42. Target

468 36 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Tugasnya paling lambat harus dikumpul minggu depan, tidak ada penawaran. Buat yang sudah mengerjakan kalian pelajari materi selanjutnya," ujar Pak Janu sembari membereskan barangnya. Tatapannya beralih pada siswa-siswa istimewanya.

"Miko, Tama, Akmal, dan Endro, terutama kalian berempat. Ini tugas dua minggu yang lalu, kenapa sampe sekarang kalian belum ngerjain?" Pak Janu mengangkat map berisi lembar kerja siswa-siswinya yang sudah terkumpul.

"Lupa, Pak. Saya kira waktu itu nggak jadi tugasnya karena langsung pulang," ujar Akmal.

"Alasan aja kamu, Akmal. Lakra saja mengerjakan, teman-temanmu yang lain juga mengerjakan. Kemarin juga ada yang mengingatkan di WA grup kalo hari ini pengumpulan tugas dua minggu lalu," ujar Pak Janu pada Akmal yang cengengesan.

"Lakra udah ngerjain, Pak?" Tama bertanya dan diangguki oleh Pak Janu.

"Wah parah parah, lo udah ngerjain tapi nggak kasih salinan ke gue!" protes Tama pada Lakra yang anteng membaca materi selanjutnya.

"Heh, itu tugas mandiri. Tidak ada salin-menyalin ya! Yang kelompok kan sudah waktu itu."

"Pak Janu siang ini emosian banget, tumben." Endro mengomentari.

"Sudah-sudah, yang penting minggu depan yang belum mengerjakan tugas harus sudah mengerjakan. Kalo bisa secepatnya taruh di meja saya!" ujar Pak Janu.

"Oke, pembelajaran hari ini kita cukupkan sampai di sini. Selamat siang!"

"Siang, Pak!"

Usai Pak Janu meninggalkan kelas, siswa-siswi di kelss itu juga berhamburan keluar.

"Kantin nggak nih?" Akmal berdiri di samping meja Miko. Cowok itu banyak diamnya sejak kemarin. Entah sedang ada masalah apa tidak ada yang tahu kecuali Tama, tapi Tama juga tidak mau bercerita karena privasi. Akmal menghargai itu.

"Gue masih kenyang, duluan aja," jawab Miko seadanya kemudian menyibukkan diri dengan ponselnya.

"Lo kantin nggak, Kra?" Akmal bertanya pada Lakra yang masih sibuk dengan buku pelajarannya. Lakra menggelengkan kepalanya.

"Lo juga enggak, Tam?" tanya Endro.

"Enggak. Lo berdua aja sama Akmal," ujar Tama pada Endro.

"Yaudah, skuy Ndro kita berdua aja biar mesra," ujar Akmal merangkul Endro keluar kelas.

Tama menyenggol pelan bangku yang Miko duduki saat Dania masuk ke dalam kelasnya. Ia ingin Miko tetap menjaga sikap pada Dania.

"Miko, papa nanyain kapan mau main golf bareng?" Dania menyeret bangku mendekat ke Miko.

"Kalo ada waktu lo bisa kabarin papa gue langsung, nih kartu namanya," ujarnya sembari memberikan kartu nama papanya.

"Nanti gue obrolin ke bokap dulu," kata Miko sembari menyimpan kartu nama itu.

"Dari kemarin kayaknya lo beda deh sama gue, Ko. Lo banyak diemnya," ucap Dania pelan dan menatap Miko dalam.

"Gue ada salah ya sama lo?"

Tama menyenggol lengan Miko. "Dia lagi kepikiran tugas, Dan. Udah deadline tapi belum ngerjain," katanya.

"Inget, Ko, tetep jaga sikap," bisiknya pada Miko, semoga hanya didengar Tuhan dan Miko saja.

Dania mengulum senyumnya. "Kirain gue ada salah sama Miko," katanya.

Gue tunggu sampe lo jujur, Dan. Gue yakin lo bakal jujur ke gue soal kedekatan lo sama dia, batin Miko.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang