05. Pasya & Dania

1.5K 110 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Siapa bilang anak IPA itu rajin, kalem, dan penurut sama guru? Lihat dulu suasana kelas 11 IPA 3, kalau jamkos sudah seperti pasar. Ramai sekali. Meskipun ada tugas dari guru, hanya satu dua murid yang mengerjakan, lainnya menyontek. Kalem-kalem pencintraan kalau mereka di depan guru. Di kelas ini hanya satu orang yang paling nurut dengan guru yakni Lakra Dewanta. Entah mengapa cowok itu kalau diperintah guru langsung dikerjakan tanpa mengeluh sedikitpun.

"Parah-parah!" Akmal memekik girang saat melihat MV Really Bad Boy milik Red Velvet.

"Apanya yang parah?" tanya Endro bingung dan melirik layar ponsel Akmal. "Anjir, Mbak Irene!" Ia ikut memekik.

Akmal seketika menoleh dan menjauhkan kepala Endro. "Mbak Irene gue! Diem lo jangan ikutan lihat, sanaaaaa pergi!" kesalnya.

"Mau lihat gue," balas Endro, tangannya terus berusaha untuk menggapai ponsel Akmal.

"Lo berdua bisa diem nggak?" Tama menabok kepala bagian belakang keduanya dengan buku tulis yang sengaja digulung biar damagenya kerasa.

"Sakit bego!" sungut Endro sembari mengusap kepala bagian belakangnya.

"Makanya diem gue lagi nobar sama Miko," kata Tama membuat Endro menatap penuh selidik ke arahnya dan Miko bergantian.

"Lo berdua nobar apaan?" bisik Endro pada Tama. Endro jadi tertarik saat melihat Miko terkekeh pelan melihat layar ponsel Tama, sayangnya Endro tidak bisa mendengar karena Miko menggunakan earphone.

"Kepo," timpal Tama dengan senyum tengilnya.

"Wah fix lihat video yang enggak-enggak ya lo?" tuding Endro menunjuk keduanya dan bangkit untuk memastikan.

"Pikiran lo busuk banget, Ndro," cetus Tama pada Endro.

"Wah, Miko dan Tama sudah be—" ucapan Endro terhenti saat melihat apa yang Miko dan Tama lihat, "astaga anjir cuma stand up comedy?"

"Makanya jangan nethink!" Tama menjitak kepala Endro yang sedang merunduk ikut nimbrung melihat stand up comedy.

"Ganggu, tuman!" cibir Miko melepaskan earphonenya saat tangan besar Endro menarik kabel earphone-nya.

"Kra, gimana?" tanya Miko sudah duduk di atas meja Lakra.

"Belum," jawab Lakra singkat dan meneruskan mengerjakan soal dari guru tadi.

"Bukan tugas," sahut Miko membuat Lakra menghentikan aktivitasnya dan mendongak, "gimana udah dapet info yang bang Duta mau?"

Lakra menggelengkan kepalanya. "Butuh waktu," katanya seadanya.

Miko mengangguk mengerti, pasti Lakra juga sedikit kesulitan mencari berita itu karena sudah ada kurang lebih tiga tahun yang lalu.

Seperti kebanyakan murid, kalau jamkos pasti bosen banget rasanya. Miko juga gitu. Tapi bukan Miko kalau cuma diam dan tidak memutar otak untuk mencari kesibukan. Miko yang kalem dan pintar menyesuaikan diri dengan keadaan selalu menemukan ide-ide cemerlang agar tidak gabut.

"Pak Ketu, gue izin cabut ya," ujar Miko pada Lakra, selaku ketua kelas 11 IPA 3.

Tanpa menunggu jawaban dari Lakra, Miko keluar kelas dan menyugar rambutnya ke belakang. Ia juga sedikit-sedikit memelankan langkahnya, menoleh ke kanan dan ke kiri ketika melewati lorong dekat ruang guru. Takut keciduk.

"Surganya anak doyan mabal," gumam Miko pelan dan melanjutkan langkahnya menuju rooftop setelah memastikan seluruh pengajar yang ada di ruang guru itu sibuk dengan tugas masing-masing.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang