09. Lakra?

980 82 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Miko sedikit mendongakkan kepalanya, melihat ke lantai atas-markas Forla. Sejak kejadian tadi di WOP (Warung Ombem Pakde) pikirannya jadi kemana-mana.

Dania merindukan almarhum abangnya. Cewek itu belum sepenuhnya menerima kehadiran Miko. Dan, cowok yang dekat dengan cewek itu ternyata ketua geng Rektor. Geng yang menjadi musuh bebuyutan Vektor. Setelah kedua geng besar itu senpat berdamai, kemudian berseteru lagi.

"Lakra ke mana?" Miko bertanya pada Tama yang sedang asyik mabar bersama Akmal dan Endro.

"Dia udah pergi dari tadi lo ke WOP sama Dania. Nggak nyadar emang kalo Lakra nggak keliatan?" balas Tama sembari menendang Endro yang mengambil bot incarannya.

"Anjim, goblok lo Tam," umpat Endro pada Tama. "Nih, gue kasih nih. Gue cuma ngambilin doang," katanya.

Tama terkekeh pelan dan sedikit melirik Miko yang sedang menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat.

"Lo telpon aja dah, Ko, jangan ganggu gue dulu. Lagi mabar nih," ujar Tama paham dengan raut wajah Miko yang bingung karena Lakra tiba-tiba pergi tanpa ada mengabari dulu.

Miko meletakkan vapenya di meja dan mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Lakra. Saat ini ia sedang membutuhkan bantuan Lakra untuk mencari tahu informasi tentang Gatra. Ia juga ingin tahu ada masalah apa dulu sampai membuat Vektor dan Rektor menjadi musuh bebuyutan. Lalu damai, dan bermusuhan lagi. Tidak lucu kan kalau Ketua Vektor tidak mengetahui akar dari permasalahan itu?

"Sibuk terus," gumam Miko saat mendengar mbak-mbak operator terus menyahutinya. Ia menatap ke lurus ke depan dan menyugar rambutnya ke belakang.

"Nanya bang Duta juga percuma. Tadi gue tanyain dia diem aja," gumamnya lagi.

"Woi anjim, Akmal bego banget!" hardik Endro saat Akmal melempar bom ke arahnya dan Tama yang berdiri berdampingan.

"Udahlah anying nggak seru main sama Akmal, unpren Akmal," sungut Tama telanjur kesal dan meletakkan ponselnya.

"Off baperan, nggak suka gue sama temen yang baperan," ujar Akmal yang memilih untuk bergabung dengan anggota Vektor yang lain di taman belakang.

"WOP lah kuy, kuy Tam, Ko," ajak Endro yang sudah merasa lapar.

"Lo aja," balas Miko seadanya, kemudian merebahkan tubuhnya di sofa menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.

"Ayo, Tam," ajak Endro.

"Gue nyusul ntar."

Endro pun mengangguk dan keluar sendiri. Kasihan jomblo, nggak ada yang nemenin.

"Ada masalah, Ko?" tanya Tama yang paham dengan raut wajah Miko yang terlihat serius dan banyak pikiran.

"Gimana Lakra?" tanya Tama lagi karena tidak mendengar sahutan dari Miko.

"Hapenya mati kali, nggak bisa gue hubungin." Miko memejamkan matanya. Ia jadi berpikir macam-macam kalau begini keadaannya.

"Tumbenan dia nggak ngabarin lo. Biasanya cuma mau tidur aja ngabarin kan?" kekeh Tama sembari menggeleng heran.

"Sering gue kepikiran kalo Lakra tuh gay. Dia suka sama lo," lanjutnya sukses membuat Miko membuka mata dan mendelik ke arahnya.

"Loh salah emang? Dia 24/7 ngabarin lo terus, Ko," ujar Tama.

"Tega lo nething sama sahabat sendiri?" Miko bertanya dan menatap Tama dengan tatapan sangar.

"Yaelah, canda doang gue. Serius amat lo." Tama tersenyum geli. "Bagi-bagi ke gue lah kalo lo lagi ada masalah. Biar gue ada gunanya jadi temen lo."

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang