EPILOG

647 29 0
                                    

Setelah tujuh hari dibelenggu suasana berkabung, seluruh anggota Vektor dan Forla mulai beraktivitas seperti biasa. Perlahan mereka mulai merelakan kepergian Dania. Suasana yang tercipta di lantai bawah atau atas pun juga mulai ceria.

Meskipun kasus kepergian Davin dan Dega sudah terkupas tuntas dan Rektor sudah bubar, anggota Vektor tetap menerapkan penjagaan ketat sesuai perintah Miko.

Siapa pun yang tidak memakai lencana Vektor dan gelang khusus Forla tidak boleh masuk, sekali pun mereka menjadi anggota resmi.

"Aman semuanya?" Miko baru saja datang lalu bertanya pada salah satu anggotanya yang hari ini bertugas menjaga pintu utama.

"Aman, Ko."

Miko mengangguk dan menepuk bahu anggotanya itu dua kali, kemudian masuk ke dalam markas. Kedatangannya disambut teriakan Endro yang meminta tolong. Cowok itu kejar-kejaran dengan Akmal.

"Kooooooooo, tolongin gue!" Endro berlindung di balik tubuh Miko, memegang kedua bahu Miko saat Akmal mulai mendekat.

"Lo berdua ngapain sih?" tanya Miko pada kedua sahabatnya itu.

"Minggir, Ko, mau gue abisin tuh bocah!" ujar Akmal penuh emosi sembari membawa album terbaru grup idola wanita kesukaannya alias Red Velvet.

"Gue kan nggak sengaja, Mal. Salah lo juga main rebut gitu aja pas gue pinjem!" sahut Endro membela diri.

Akmal tidak mau menerima alasan itu. Ia bergerak maju dan berusaha menggapai tubuh Endro yang berlindung di balik tubuh tegap Miko.

"Nggak usah banyak bacot. Ke sini nggak lo?!"

"Enggak. Gue nggak mau!"

"Lo berdua diem atau gue cabut?" Miko membuka suara hingga kedua sahabatnya itu kompak terdiam.

"Endro ngapain sampe lo marah begitu?" tanya Miko pada Akmal.

"Liat album baru gue sobek gara-gara Endro. Padahal baru gue unboxing tadi, Ko," kata Akmal memperlihatkan bagian album Red Velvet miliknya yang sobek dan sobekan itu pas sekali di wajah Irene, ultimate bias-nya.

"Maap elah gitu aja marah-marah," sahut Endro.

"Yang lo sobek ini duit, Ndro, duit! Lo kira harga album murah? Mahal anying!" Akmal greget sekali melihat wajah tanpa dosa yang Endro tunjukkan.

"Besok nggak usah dikasih pinjem ke Endro biar nggak rusak," saran Miko pada Akmal kemudian melepaskan diri dari cekalan Endro.

"Nanti gue ganti albumnya. Lo kalo beli begituan di mana?" Endro berusaha agar mendapat maaf dari Akmal.

"Ganti dua album," balas Akmal memberi syarat.

"Apaan anjir? Gue cuma nyobekin satu lembar itu pun nggak sampe lepas sobeknya!"

"Ya udah nggak gue maafin." Akmal melangkah pergi ke lantai dua atau markas Forla untuk bertemu teman sefandom yang tadi unboxing album bersamanya.

Endro menghela napas panjang. "Tekor gue," ucapnya pelan.

Tama terkekeh pelan melihat wajah Endro yang tertekuk saat kembali duduk di sebelahnya. "Lain kali nggak usah kepo sama barang-barang begituan, Ndro. Bagi kita yang nggak suka kpop emang anggepnya biasa aja, tapi buat kpop fans kan beda," ucapnya.

"Gue kan nggak sengaja. Udah minta maaf juga."

"Diganti jangan lupa," peringat Lakra seperti biasa dengan nada dinginnya. Cowok satu itu memang tidak pernah berubah. Tetap seperti bongkahan es batu di kutup utara yang sulit untuk dicairkan.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang