23. Perasaan Dania

611 54 15
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Setelah sholat Jumat murid-murid SMA Anggrek diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Kecuali mereka yang mengurusi acara event besok.

Lapangan utama SMA Anggrek dipenuhi oleh segerombolan orang yang sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Mulai dari mendekor panggung dan membantu mendirikan beberapa stand dari para sponsor.

"Gue capek," keluh Dania pada Anna yang sengaja menemaninya di sekolah. Sedangkan Sevina dan Pasya sudah pulang dari tadi.

"Gue apalagi," sahut Anna.

"Capek ngapain? Lo dari tadi diem aja. Gue nih ngurusin talent-talent. Dari sepuluh pengisi acara, lima di antaranya pake segala gladi bersih. Ngerepotin gue aja," ujar Dania.

Anna terkekeh pelan mendengar Dania kesal seperti ini. Tapi ini juga karena kesalahan Dania, coba saja Dania tidak bolos saat itu pasti hukuman ini tidak akan menyusahkannya.

"Miko harusnya juga bantuin nih gue nggak terima Bu Weni pilih kasih," gerutu Dania melihat cowok yang tadi ia sebut namanya sedang mengobrol dengan Tama dan anak OSIS.

"Samperin dong, Dan, jangan cuma ngomel-ngomel di sini. Nggak ada artinya," kata Anna mencolek dagu temannya itu. Berniat untuk menggoda.

"An, lo bisa jaga rahasia?" Anna menoleh mendengar pertanyaan itu.

"Lo mau cerita apa emang? Kapan sih gue nggak bisa jaga rahasia lo? Gue nggak pernah ngecewain orang yang udah kasih kepercayaan ke gue tauuu," ujar Anna diangguki Dania.

"Perasaan gue makin ke sini makin gimana gitu kalo lagi deket sama Miko."

"Gimana apanya yang gimana?" goda Anna.

Dania mendengus. "Gue serius. Jangan becanda dong," pintanya.

"Lo pasti pernah ngerasain rasanya suka sama orang kan?"

"Lo lagi suka sama seseorang?" sambar Anna. "Gue tebak pasti Miko yang lo suka. Iyakan?"

"Bisa dengerin gue selesai ngomong dulu nggak, An? Comel banget deh mulut lo. Pengin gue jepit pake jedai," ketus ketua Forla itu menatap sinis pada Anna.

"Gue sebenernya masih ragu sama perasaan gue sendiri. Di satu sisi gue udah mulai nerima kehadiran Miko, tapi di sisi lain gue juga masih nyimpen rasa benci sama dia," ujar Dania pelan, berharap selain Tuhan, hanya Anna yang mendengarnya.

"Masa lalu gue sama dia yang bikin rasa benci itu masih ada sampe sekarang. Gue dulu mati-matian jaga perasaan dia. Bahkan perasaan gue pun hanya Tuhan dan gue sendiri yang tau, An. Miko nggak tau. Miko pernah pergi, bener-bener lost contact sama gue."

"Di situ gue udah mati rasa, bener-bener mati rasa. Tiga tahun gue nahan sakit hati gue sendirian, nggak cerita ke siapapun. Tapi sekarang gue berani cerita sama lo," jelas Dania pada Anna dengan seulas senyum getir kala mengingat hal itu.

Perih rasanya, tetapi ia butuh tempat untuk bercerita. Hanya Anna yang ia percaya. Bahkan ia tidak menceritakan ini pada psikiaternya. Ia dulu hanya pernah cerita ditinggal dua orang yang selalu mengisi hari-harinya.

Anna menggeser tubuhnya. Merangkul Dania dan memberikan usapan pelan pada pundak sahabatnya ini.

"Makasih lo udah mau cerita sama gue. Jujur gue pun nggak tau harus nanggepin kayak gimana. Gue cuma bisa jadi pendengar bukan pemberi solusi," kata Anna.

"Tapi gue cuma mau ngingetin lo. Jangan diterusin ceritanya kalo itu cuma bikin lo tertekan, Dania. Gue nggak mau lo kumat lagi."

Dania menunduk. Meremas kertas yang ada di tangannya. Kemudian terkekeh pedih. "Gue baik-baik aja, Anna. Gue cuma butuh tempat buat cerita."

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang