66. Pengakuan (2)

623 58 6
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Tolong penuhi ucapan lo, Miko. Lindungi gue dari ancaman dan gangguan Rektor. Gue masih mau hidup."

Miko menatap Rafi kemudian mengangguk mantap. "Lo aman sama Vektor."

"PENGKHIANAT!" Seluruh orang yang ada di halaman belakang markas Vektor menoleh ke sumber suara. Mata mereka menajam melihat siapa tamu yang datang.

Gatra datang bersama Rektor. Dua penjaga pintu depan markas Vektor pun sudah terkulai lemas di depan seluruh anggota Vektor.

Miko langsung memberi komando agar anggotanya membuat barisan untuk melindungi Inti Forla, Beno, dan Rafi.

"Minggir!" Gatra berjalan mendekati Miko dan berusaha menyingkirkannya. "Gue mau ketemu pengkhianat Rektor."

"Rafi tanggung jawab gue. Berani sentuh dia, lo berurusan dengan gue!" ujar Miko menahan tangan Gatra yang hendak meninju wajahnya.

Gatra tertawa sumbang dan menarik tangannya. Gatra menatap Rafi dengan sangat bengis. Ternyata selama ini Rafi tidak berpihak pada Rektor, justru orang paling bahaya di Rektor karena bisa membocorkan rahasia-rahasia yang sangat penting.

"Urusan gue sama Rafi bukan sama lo."

"Gue nggak peduli." Miko berbalik sebentar dan memberikan map yang ia pegang pada Dania.

"Serang aja, Bos!" kompor salah satu anggota Rektor.

Gatra mengangkat tangannya. Melarang mereka untuk menyerang Vektor karena bukan itu tujuan mereka datang ke markas Vektor.

"Serahin Rafi ke gue. Setelah urusan gue sama Rafi selesai, gue balikin dia ke Vektor."

Tama berdecih pelan. "Omongan lo itu nggak pernah bisa dipegang. Cuma orang bodoh yang percaya sama lo. Untungnya gue pinter."

Senyum meremehkan terlihat dari wajah-wajah anggota Vektor usai Tama berani mengatakan itu pada Gatra.

"Sini lo, Raf!" Gatra menerobos barisan pertahanan Vektor dan menarik jaket yang Rafi gunakan.

Akmal dan Endro yang hendak dilewati oleh Gatra langsung menyelamatkan Rafi yang sudah pasrah.

"Lepas atau leher lo gue tebas?" ancam Akmal menendang perut Gatra hingga lawannya itu terhuyung ke belakang.

"Bajingan!" Gatra bangkit dan menyerang Akmal.

Aksi serang-menyerang tidak terelakkan antara kedua geng besar itu. Miko langsung menggantikan posisi Akmal yang mulai kuwalahan melawan Gatra.

"Ikut gue, Raf," ujar Sevina mengajak Rafi kabur dari kekacauan di halaman belakang markas Vektor.

Inti Forla dan Beno mengikuti mereka berdua. Sevina mengarahkan mereka ke markas Forla dan bersembunyi di salah satu ruangan rahasia milik Forla. Bukan hanya Vektor yang memiliki ruangan khusus tetapi Forla juga.

"Sebelum lo dateng ke sini tadi Rektor yang bikin lo babak belur?" tanya Sevina untuk memastikan.

"Lo tau jawabannya."

Dania duduk di sebelah Rafi dan membuka map yang ia pegang. Matanya sesekali melirik ke arah Rafi yang meremas tangannya sendiri.

"Lo diancem sama mereka?" tanya Beno kembali memecah keheningan. "Cerita semuanya sekarang. Bantu Vektor buat cari keadilan untuk Davin dan Dega."

Anna yang notabene paling perasa di antara Inti Forla lainnya pun tidak tega melihat Rafi berada di bawah ancaman Rektor.

"Cerita aja Rafi, jangan dipendem sendiri nanti jadi penyakit hati loh. Kalo nggak berani cerita sama Dania, Sevina, Pasya, dan Bang Beno, sini cerita sama Anna aja nggak papa," ujar Anna mendapat senggolan pelan dari Pasya.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang