SELAMAT MEMBACA💘
•••
WOP malam ini penuh dengan anggota Vektor. Bahkan Pakde sengaja tidak menerima pelanggan lain selain mereka. Itu karena Miko dan inti Vektor petang tadi tiba-tiba datang dengan wajah yang terlihat cukup serius.
Gerald memberi tahu mereka jika ada seseorang yang mencurigakan. Ternyata orang itu sudah memantau markas Vektor selama beberapa hari ke belakang. Pakde yang mengatakan itu.
"Pokoknya kalian harus lebih waspada dan peka sama lingkungan sekitar. Gue mau orang itu cepet ketangkep. Jangan dihabisi, bawa kehadapan gue!" perintah Miko penuh penekanan. Dadanya bergemuruh menahan emosinya yang tidak stabil. Hari ini terasa cukup berat untuk Miko.
"Kami bakal berusaha sebaik mungkin, Ko," ujar Gerald. "So far, Dewa sama Rafi juga enggak ada pergerakan yang mencurigakan. Masih aman," infonya pada Miko.
Ketua Vektor itu hanya mengangguk sebagai balasan. Ia menoleh ke arah anggotanya yang lain. Wajah-wajah familiar yang selalu bisa ia andalkan.
"Satu per satu kita selesaiin masalah ini bareng-bareng," ujar Miko pada mereka.
"Vektor butuh solid dan kerja sama kalian. Tanpa itu, Vektor enggak akan sampai pada titik ini. Jaga kekompakan kita, sampai kapanpun!" Miko menambahkan. Tatapannya yang begitu tajam membuat mereka patuh.
"Soal Gatra gimana, Ray?" Tama bertanya pada Rayn.
"Aman. Gue, Aldi, Satria, sama Kevin selalu awasi markas mereka. Kami juga udah pasang beberapa alat penyadap di sekitar markas Rektor," ujar Rayn membuat beberapa dari anggota Vektor melotot kaget.
"Berani banget lo deketin markas Rektor. Nggak takut mati?" tanya Dino takjub.
Aldi terkekeh pelan. "Mati untuk Vektor? Gue enggak takut!"
Jawaban Aldi membuat mereka tertegun sesaat, kemudian bersorak kagum. Memang itulah yang Vektor perlukan. Orang-orang yang memberikan seluruh hidup dan matinya untuk Vektor.
"Rezeki, jodoh, dan maut udah diatur sama Tuhan," kata Kevin.
"Lo bener. Siapin dari sekarang biar besok kalo lo mati nggak nyusahin. Mau kain kafan tie-dye nggak?" ujar Satria menawari.
"Astaghfirullah Satria!" tegur Endro memukul bahu Satria pelan. "Kalo ngomong jangan loyo gitu. Yang semangat!"
Kevin menatap Endro sinis. "Lo mau gue mati duluan?"
"Jangan lah, gue belum siapin liang lahat buat lo," jawab Endro santai.
Akmal tersenyum miring dan berseru, "Air panas, air panas!" Ia membawa segelas kopi panas dan berjalan ke arah meja Miko.
"Kayak emak-emak lo, air panas air panas!" cibir Tama menggeplak belakang kepala Akmal.
"Biar dibukain jalan!" Akmal membalas sembari mengusap belakang kepalanya yang menjadi korban tangan Tama.
"Malam ini biar gue yang jaga markas," ujar Miko.
"Tapi kan hari ini bukan jadwal lo," ujar Bisma sembari mengingat jadwal tugas menjaga markas yang tertempel di papan informasi di dekat tangga naik ke atas markas Forla.
Tama menyenggol Bisma dan berbisik, "Dia lagi butuh ketenangan. Biarin aja. Kalo bisa yang jaga malam ini suruh balik aja. Biar markas inti Vektor yang jaga."
Bisma mengangguk paham dan memberi informasi melalui grup utama Vektor di Line.
"Woiii, jaga jarak kenapa sih!" pekik Akmal merasa gerah berada di dalam WOP yang sesak oleh anggota Vektor.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...