SELAMAT MEMBACA💘
•••
"Jangan bikin ulah lagi, Miko. Papa repot kalo harus mundurin waktu buat meeting sama klien," ujar Papa Miko mengusap pundak anaknya sembari keluar dari ruang Kepala Sekolah SMA Anggrek.
"Maaf, Pa." Hanya itu yang bisa Miko katakan sekarang. "Papa hati-hati, makasih udah nemenin Miko tadi."
Gani, Papa Miko mengangguk. "Papa bangga kamu berani bertanggung jawab seperti tadi. Kamu anak baik. Akan lebih baik kalo kamu jadi—"
"Pengacara," timpal Miko sebelum papanya menyebut kata "CEO Muda".
"Ya sudahlah itu keinginanmu. Belajar yang bener. Papa balik ke kantor," ucap Papa Miko melangkah penuh wibawa meninggalkan putranya yang masih berdiri di depan ruang kepsek.
"Gara-gara lo gue harus mundur jadi Waketos," ucap Dewa yang baru saja keluar bersama orang tuanya.
Miko tersenyum pada orang tua Dewa dan menoleh ke arah cowok itu. Menatap cowok itu tanpa minat.
"Lo yang cari masalah sama gue. Makanya lain kali mikir dulu sebelum bertindak," ujar Miko sarkas. "Om Tante, saya permisi," pamitnya sopan pada kedua orang tua Dewa.
Masalahnya dengan Dewa sudah selesai tadi. Dewa berjanji tidak akan mengusik Miko ataupun Vektor. Dewa juga sudah mencabut laporan buruknya tentang Vektor ke Kepala Sekolah. Dan Dewa sekarang sudah tidak menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS SMA Anggrek karena ulahnya sendiri, dan beberapa pelanggaran yang ia perbuat sebelumnya yang mulai diketahui oleh Pembina OSIS dan Kepsek.
"Bos kita udah balik nih," cetus Endro merangkul Miko dan mengajaknya makan di kantin.
"Gimana udah kelar kan?" Tama bertanya.
"Udah. Nggak usah dibahas lagi," jawab Miko tidak ingin memperpanjang masalah.
"Air panas air panas air panas!" Akmal berteriak sembari membawa nampan berisi dua mangkok bakso dan dua air mineral menuju meja khusus anak Vektor.
"Heh teriak-teriak lo kira hutan?" Endro menabok bahu temannya itu setelah membantunya meletakkan barang bawaan temannya ke meja.
Akmal cengengesan dan menjawab, "Biar gue dikasih jalan. Kan gitu kalo emak-emak nyuruh minggir, air panas air panas."
"Kocak lo," sahut Tama terkekeh pelan. "Btw makasih udah dipesenin."
"Duitnya jangan lupa ya transfer ke rekening gue."
"Perhitungan banget," cibir Tama bergumam.
"Gue denger!" Akmal menyahut.
"Nih cash aja." Tama merogoh saku celananya dan memberikan selembar uang berwarna biru kepada Akmal.
"Jangan lupa kembaliannya," ujar Tama melihat Akmal memasukkan uang yang baru saja ia berikan ke dalam dompet temannya itu.
"Pas ini duit lo."
"Nggak! Masa bakso semangkok harganya lima puluh ribu," protes Tama.
"Iyalah uang transport?" sahut Akmal membela.
"Serah lo. Ngalah gue sama lo," ucap Tama memilih menikmati baksonya daripada harus menguras emosi ngobrol dengan Akmal.
"Loh udah selesai?" Dania berdiri di samping Miko yang sedang asyik dengan ponselnya.
Cowok itu mendongak dan mengangguk. "Baru keluar kelas?"
"Iya," jawab Dania.
"Mohon maaf banget nih ya bukannya mau ganggu. Tapi bisa nggak kalo pacaran jangan di sini?" Endro menegur karena tidak kuat kalau harus makan hati melihat sahabatnya kini sudah memiliki pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...