44. Mencurigakan

421 32 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Eits, mau ke mana kalian?" Bu Weni menghadang Miko, Tama, Akmal, dan Endro yang terlambat datang ke sekolah. Mereka memanjat pagar belakang sekolah menggunakan bangku milik Ibu Angkringan.

"Gini Bu, bisa kita bicarain baik-baik," ujar Akmal cengengesan.

"Kami pake seragam, bawa tas, bawa buku, berarti kami ke sekolah mau apa, Ngab?" Akmal menoleh ke arah teman-temannya.

"Belajar," cetus Endro sembari menjentikkan jarinya dan merangkul Akmal.

"Nah, kami mau belajar, Bu. Bisa dong kami kali ini bebas dari hukuman dulu?" Tama ikut merayu Bu Weni yang sudah siap memberi hukuman pada mereka.

"Seluruh—" Belum selesai Bu Weni berbicara, keempat murid badungnya itu sudah melanjutkan.

"Seluruh siswa-siswi SMA Anggrek yang melanggar tata-tertib sekolah harus menerima konsekuensi," lanjut Miko, Tama, Akmal, dan Endro serempak.

Bu Weni berkacak pinggang. "Kalian sudah tahu tetapi kenapa masih dilakukan?" tanyanya galak.

"Peraturan ada—" Ucapan Akmal terhenti saat Bu Weni menjewer telinganya.

"Bukan seperti itu konsepnya, Akmal. Peraturan ada untuk dilanggar, teori dari siapa itu?" Bu Weni semakin galak dan menatap satu per satu muridnya itu.

"Sekarang kalian ikut ibu ke perpustakaan!"

Mereka digiring Bu Weni menuju perpustakaan utama SMA Anggrek yang ada di lantai dua.

"Bu, baca chat orang aja saya males apalagi disuruh baca buku pelajaran di perpustakaan," racau Endro menatap Bu Weni melas.

"Memangnya ada yang mau chat kamu?" ujar Bu Weni melirik sinis Endro.

"Nah bener tuh, emang ada yang chat lo, Ndro?" Akmal ikut-ikutan.

"Sudah-sudah cepetan kalian masuk!" Bu Weni membukakan pintu untuk mereka.

"Cari apa, Bu?" Petugas perpustakaan mendekati Bu Weni dan menoleh ke arah empat cowok yang berdiri dengan posisi istirahat di tempat.

"Oh, tidak. Tolong beri tugas apa pun pada mereka. Bel pergantian pelajaran, mereka baru boleh kembali ke kelas."

Petugas perpustakaan mengangguk dan memberi arahan kepada Miko, Tama, Akmal, juga Endro. Mau tidak mau keempat cowok itu segera menyelesaikan hukuman mereka agar bisa kembali ke kelas.

•••

Lakra berjalan santai menuju ruang guru. Dari kelima inti Vektor, hanya Lakra yang taat peraturan dan menjadi kesayangan guru-guru SMA Anggrek. Beda dengan keempat sahabatnya yang terkenal badung dan menjadi murid istimewa.

"Mau ke mana, Lakra?"

Langkah Lakra terhenti melihat Bu Weni berjalan ke arahnya.

"Ruang guru, Bu."

Bu Weni tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Bagus, jangan pernah kamu ulangi kesalahan yang waktu itu. Ibu tidak mau lihat kamu masuk BK lagi, paham?"

Lakra mengangguk dan mencium punggung tangan Bu Weni. Lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang guru.

"Mau ke mana?" tanya Sevina yang baru saja keluar dari ruang guru.

"Ke dalem. Duluan ya," ujar Lakra mengacak pelan puncak kepala Sevina sebelum masuk ke dalam ruang guru.

"Gue pengin protes karena sikap lo tiba-tiba cuek ke gue. Tapi gue bisa apa? Kita cuma temen." Sevina mengulum senyum mirisnya dan berlalu pergi.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang