49. Pending Penyelidikan

420 36 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Dewa menghadang langkah kaki Dania yang hendak menghampiri Miko di lapangan voli indoor milik SMA Anggrek. Cowok itu menyunggingkan senyum miringnya dan merentangkan tangan, membuat Dania menggeram kesal berulang kali.

"Lo berani macem-macem sama gue, Wa? Lo nggak takut habis sama anak-anak Vektor, ha?" sentak Dania sudah muak sekali dengan sikap Dewa yang tidak lelah mengganggunya.

"Kalopun gue mati, gue mati karena perjuangin lo. Gue bahagia pasti di surga," jawab Dewa enteng.

Dania mendengus. "Iya kalo lo masuk surga. Kalo enggak?"

"Ya minimal kita masuk nerakanya bareng, Dania," ucap Dewa dengan suara seraknya dan mendekati Dania.

Merasa terancam dengan tingkah Dewa, Dania lari menjauh. Ia tidak ingin Dewa macam-macam dengannya. Ia bisa saja memukul Dewa, tetapi ia malas menyakiti Dewa dengan tangannya sendiri.

"Berhenti, Dania. Jangan lari-lari di sini, di hati gue aja!"

"Sini dong, Cantik. Kenapa lari sih? Emang nggak mau main-main sama Dewa?" Akal sehat Dewa memang sudah hilang semenjak Dania selalu mengabaikannya.

"Dewa gila! Bisa-bisanya dia teriak begitu di lingkungan sekolah begini," gumam Dania terus berlari. Tidak peduli dengan tatapan siswa-siswi lainnya.

"Gerald, Dino, Bisma, tolong gue!" teriak Dania melihat ketiga cowok itu melangkah menuju lapangan voli indoor, sama dengan tujuannya.

Napas Dania terengah-engah saat berhenti berlari dan berlindung di balik tubuh ketiga cowok itu. Membiarkan Dewa berurusan dengan orang-orang kepercayaan Miko.

"Minggir lo bertiga. Jangan halangin jalan gue!"

"Lo siapa ngatur-ngatur?" Gerald mendorong tubuh Dewa hingga sedikit terhuyung ke belakang.

"Gue kan calon partner masuk nerakanya Si Dania. Masa lo nggak tau?" ujar Dewa nyeleneh.

"Bis, anter gue ke Miko," pinta Dania memegang lengan Bisma. Cowok itu mengangguk lalu mengajak Dania pergi.

"Lo di sini aja," ujar Dino menarik seragam Dewa saat cowok blangsak itu hendak mengejar Dania dan Bisma.

"LEPAS!" Dewa meninju perut Dino menggunakan sikunya. "Jingan, gue gagal dapetin Dania. Gara-gara lo berdua!"

Gerald mengode Dino untuk membawa Dewa ke belakang sekolah. Main-main dengan Dewa tidak enak jika di koridor seperti ini. Kurang leluasa.

•••

"Ada gue di sini tenang ya?" Miko mengusap punggung Dania lembut dan menatap satu per satu sahabatnya agar membiarkan ia berdua dengan Dania.

"Gue kali ini takut banget sama Dewa, Ko. Dia makin agresif. Nggak kayak kemarin-kemarin," adu Dania dengan raut wajah takutnya.

"Dewa nggak bakal bisa nyentuh lo, Dania. Ada gue yang jagain lo di sini, di manapun."

Dania mengendurkan pelukannya pada Miko lalu menatap sepasang manik mata hitam legam milik Miko. Ditatapnya mata Miko penuh perasaan oleh Dania.

"Dewa lagi ngerencanain sesuatu kan, Ko? Dia jadiin gue, lo, dan Vektor target. Gimana gue bisa tenang? Gimana bisa gue nggak takut sama dia?"

Melihat air mata Dania meluruh membuat hati Miko sesak. Dania selalu berani menghadapi Dewa, tetapi kali ini cewek itu terlihat jelas jika dia ketakutan.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang