29. Bertemu Davin

604 49 1
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Setelah menaruh buket bunga di atas pusara alm. Herdavin Pramatya, Dania dan Miko lantas mendoakan cowok yang sudah tenang di alam sana. Dania mengusap pelan batu nisan abang tersayangnya, hingga sebulir air matanya jatuh mengingat kebersamaan mereka dulu yang sudsh seperti surat dan perangko.

"Jangan nangis, kasihan abang lo," ucap Miko mengusap pelan punggung Dania.

"Nggak kok, gue nggak nangis," bohong cewek itu sembari mengusap cepat air matanya. Kemudian menatap pusara itu dengan senyum tipis.

"Bang, gue ikhlas kalo lo udah pergi. Gue baik-baik aja di sini. Karena lo udah pergi, gue jadi belajar ngelakuin apapun sendiri. Pokoknya gue jadi mandiri sekarang. Ada hikmahnya juga ya, Bang?" ujar Dania seolah-olah Davin ada dan bisa mengobrol dengannya.

"Gue boleh gantiin posisi lo nggak nih, Bang?" Miko ikut bersuara. Hal itu membuat Dania menoleh dan tersenyum lebar.

"Jangan dikasih izin, Bang, nanti gue di-ghosting lagi," kekeh Dania.

Miko merangkul cewek itu dan mengusap kepalanya pelan. "Nggak ah, udah cukup sekali aja gue pergi tiba-tiba. Gue nggak mau lagi ninggalin lo. Lo juga nggak boleh ninggalin gue," katanya.

"Malu kalo bang Davin denger, Ko," canda Dania yang kembali mengusap batu nisan di depannya.

"Mengikhlaskan seseorang yang udah pergi itu memang susah. Tapi gue selalu berusaha. Dengan perlahan gue bisa ikhlas menerima semua itu," ucap Dania.

"Gue kangen banget lo posesifin. The real possessive brother itu ya lo ke gue dulu," ucapnya lagi dengan kekehan pelan.

"Kalo the real possessive boyfriend gue, Bang," timpal Miko mantab.

"Tapi kan kita nggak pacaran," sahut Dania cepat.

"Cuma belum."

Lagi-lagi, Dania sulit mengontrol detak jantungnya sendiri karena ucapan Miko. Mungkin sekarang ia harus terbiasa dengan ucapan cowok di sebelahnya ini.

Baper boleh, berespektasi terlalu tinggi jangan, batin Dania mencoba berkoordinasi dengan jantung dan hati.

"Ini pertama kali gue ke makam lo ya, Bang. Sekalian deh mau bilang kalo gue siap gantiin posisi lo di hidup Dania. Izinin gue buat bahagiain princess lo, Bang," ucap Miko menatap nisan Davin, kemudian beralih menatap Dania begitu lekat.

"Sekarang, bahagia lo juga bahagia gue. Sedih lo juga sedih gue. Mau kan kita berbagi semuanya berdua?" Miko menggenggam tangan kanan Dania menggunakan kedua tangannya.

"Miko—"

"Gue serius." Miko memotong ucapan Dania begitu saja.

Dania tersenyum hangat. Ia tidak menanggapi ucapan Miko. Ini belum saatnya ia benar-benar menjatuhkan hatinya pada Miko. Ia memang sudah yakin dengan perasaannya juga perasaan Miko padanya. Tetapi entahlah, ia paling enggan untuk berekpetasi tinggi.

"Bang, gue sama Miko pamit duluan ya? Kapan-kapan kita ke sini lagi." Dania tersenyum, kemudian bangkit.

"Duluan ya, Bang." Miko ikut berpamitan.

Melihat reaksi Dania yang terlihat tidak antusias dengan ungkapan perasaannya tadi membuat Miko sedikit kecewa. Tetapi ia juga harus mengerti dengan perasaan Dania.

Sebenernya apa kesalahan gue di masa lalu sampai lo seperti ini, Dania? Bahkan gue aja nggak tau kesalahan gue di mana. Terus gimana cara gue buat memperbaiki itu?

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang