13. Rooftop

718 67 9
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Pasya mengejar Dania yang sudah sampai lobi SMA Anggrek. Masih pagi sudah lari-larian. Cewek itu menggerutu saat Dania tidak menoleh sedikitpun ia panggil-panggil dari tadi.

"Kuping lu budeg ya?" Pasya mendorong pelan bahu Dania dari belakang membuat temannya itu hampir terjerembab kalau tidak ia tahan lengannya.

"Bego, kalo gue nyusruk gimana?" sewot Dania menabok lengan Pasya. Yang ditabok pun bukan mengadu sakit tapi malah ketawa.

"Habisnya lo gue panggilin nggak nyahut. Kenapa sih? Pagi-pagi bukannya senyum malah cemberut. Bosen idup lo?" Pasya berkata sembari merapikan rambut badainya.

"Gue denger tadi. Cuma ogah berenti. Gue nggak berenti juga, lo bakal tetep ngejar kan," kata Dania melirik sekilas ke arah Pasya.

"Yeileh sok cantik banget lo?" cibir Pasya.

"Emang gue cantik." Dania mengibaskan rambutnya dan menjulurkan lidah ke arah Pasya.

"Iyalah saking cantiknya dua ketua geng terpandang, ngelirik lo semua," kata Pasya. "Gue mau nanya sesuatu sama lo."

"Ya ampun ketua sama wakil siang banget berangkatnya," sambut Sevina dari ambang pintu masuk kelas.

"Contoh yang tidak baik," tambah Anna sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bodoamat!" Pasya menyahut dan menarik lengan Dania masuk ke kelas tanpa memedulikan kedua temannya itu.

"Kali ini gue serius, Dan. Lo jawab jujur." Tatapan Pasya nampak mengintimidasi membuat Dania menyangga dagunya dan menunggu apa yang akan Pasya tanyakan.

"Ada apa sih?" Anna nimbrung dan ikut memperhatikan Pasya yang terlihat serius. Sevina juga demikian.

"Lo tau bang Duta ngasih tugas apa ke inti Vektor?"

Alis Dania terangkat sebelah mendengar pertanyaan itu. Tugas apa? Ia malah tidak tahu apa-apa tentang itu.

"Heh, malah diem. Jawab, lo tau apa enggak?"

"Nggak tau."

Jawaban singkat Dania membuat ketiga temannya mendesah kecewa. Mereka pikir Dania diam itu mengingat sesuatu ternyata tidak sama sekali.

"Cari tau, An," suruh Sevina pada Anna yang sedang memegang ponsel.

"Lo aja gimana?" Anna menoleh ke arah cewek itu. Matanya menyipit ditambah senyum penuh arti.

"Kenapa lo liatin gue begitu? Napsu lo sama gue?" cecar Sevina membuat Anna mengerucutkan bibirnya lucu.

"Sewot banget yang lagi deket sama seseorang," kata Anna sukses mengundang fokus dari Dania dan Pasya.

"Sev?" Pasya memegang sebelah bahu Sevina. "Lo deket sama siapa?" keponya.

"Enggak apaansih?" Jelas terlihat Sevina salting.

"Ngaku aja Sevina. Kemarin mama lo chat gue, katanya lo jadi betah di rumah kalo ada yang ngapelin," ujar Anna membuat Sevina menepuk jidatnya. Lagi-lagi sang mama membuatnya gemas.

"Oh jadi pertemanan kita sebatas umpet-umpetan doi nih?" sindir Dania membuat Sevina nyengir.

"Nggak kok," Sevina menyanggah, "gue tuh cuma malu aja sama kalian, hehehe."

"Malu kenapa sih?" Pasya bertanya, "jijik banget ih lo jadi aneh begini. Biasanya nggak sesalting ini deket sama cowok."

Sevina menggaruk alisnya yang tidak gatal. Ia bingung harus mengatakan sekarang atau nanti saat hubungannya sudah pasti. Ia malu kalau sudah koar sana-sini ternyata Lakra hanya penasaran dengannya. Tidak ada niatan untuk memberinya kepastian.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang