SELAMAT MEMBACA💘
•••
"Ampun dah mbak Irene makin cakep. Kapan gue bisa ketemu sama dia? Ngobrol bareng. Salah nggak gue punya mimpi bisa nikah sama dia?" Akmal menopang dagunya sembari menonton MV Red Velvet Really Badboy. Tingkat halunya pada salah satu member grup vokal itu sudah akut.
"Lo nggak bosen ngulang MV itu udah ratusan kali?" Endro duduk di sebelahnya setelah membuat kopi sebagai temannya memantau apa yang sedang trending di aplikasi berlogo burung berwarna putih dengan background biru muda.
Akmal menggeleng dan matanya berbinar saat wajah biasnya disorot kamera. "Cantik banget kan masa depan gue?" ujarnya oada Endro.
"Istighfar, Mal. Dosa lo halu mulu," sahut Endro mengingatkan sahabatnya.
"Halu udah jadi zona nyaman gue semenjak tau mbak Irene, Ndro."
"Iya, halu aja terus. Semoga bisa kecapai ya," Endro menepuk bahu Akmal dua kali dan hanyut ke dalam dunianya.
Jika Akmal dan Endro bersikap seperti biasanya. Beda halnya dengan Miko, Lakra, dan Tama. Miko terus-menerus fokus dengan layar ponselnya, padahal ia jarang memegang ponsel saat kumpul di markas seperti ini. Lakra tertidur di sofa panjang dengan lengan kanannya yang menutupi matanya. Sedangkan Tama berulang kali menoleh ke arah ketua dan wakilnya itu.
Endro dan Akmal memang tidak menyadari perubahan Miko selama di sekolah tadi. Tetapi Tama cukup sadar dan merasa ada yang aneh pada Miko. Melamun di kelas, lalu bolos hingga pulang sekolah. Bahkan sekarang cowok itu masih menggunakan seragam sekolahnya sampai malam begini.
"Kalo gue gegabah nanya apa yang lagi ganggu pikirian dia, nanti gue kena amuk," gumam Tama bingung harus bertanya atau pura-pura bodoh dengan perubahan yang Miko tunjukkan.
"Tam, nih gue ganti makanan lo," ujar Dino sembari meletakkan dua kantong plastik berukuran besar berisi camilan ke meja.
"Tumben," ujar Dino lagi sembari menunjuk Miko menggunakan dagunya. "Ada masalah?"
"Gue juga nggak tau. Bocahnya kayak lagi banyak pikiran."
Dino mengangguk. Ia juga berpikir seperti itu. Tetapi tidak mau membuat suasana semakin rumit. Jadi ia memilih untuk bergabung dengan anggota Vektor yang lainnya.
"Kra, hape lo bunyi. Angkat Kra gue keganggu nih anjir," kesal Akmal yang duduk di karpet dekat sofa panjang yang Lakra gunakan untuk tidur.
"Bokap lo telepon." Mendengar itu Lakra langsung membuka matanya dan segera pergi setelah meraih ponselnya. Ia memastikan tidak ada yang mengikutinya.
"Kenapa dah tuh bocah?" Akmal menghentikan sementara MV yang ia tonton dan pindah duduk ke sofa.
"Tam—"
"Gue nggak tau, Mal. Pusing anjir!" Tama mengacak rambutnya frustrasi dan membawa dua kantong plastik di depannya ke lantai dua. Markas Fortis Puella.
"Ada apaan dah?" Akmal semakin tidak mengerti. "Ko, lo ngapain dari tadi mantengin hape mulu. Tumben amat. Biasanya lo kesel kalo kita lebih milih sibuk sama hape ketimbang ngobrol bareng?"
Miko tidak menjawab. Ia malah menyumpal kedua telingannya menggunakan earphone dan menyimpan ponselnya lalu memejamkan mata.
"Ndro, woi!"
"Apa?" Endro menyahut setelah menyesap kopinya. "Bentar-bentar gue selesein baca thread ini dulu baru deh ngobrol sama lo."
"Anjir, ini lebih penting daripada thread yang lo baca bego!" umpat Akmal menjitak pelan kepala Endro. "Duduk sini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...