SELAMAT MEMBACA💘
Besok udah puasa bagi yg menjalankan, jadi baca VEKTOR kalo udah buka aja ya soalnya takut pahala kalian berkurang😂
Selamat puasa dan selalu jaga kesehatan!
•••
Hari ini, bisa tidak bisa, yakin tidak yakin, semuanya harus terungkap. Satu per satu masalah harus segera diselesaikan.
Usai mengganti seragamnya dengan kaus abu-abu dan ripped jeans serta hoodie kebesaran Vektor, Miko segera pergi ke markas.
Pikirannya sudah dikacaukan oleh kata-kata Dewa sejak kemarin. Sampai sekarang pun ia sulit untuk mengatur emosinya, bahkan mengkoordinir pikirannya sendiri pun rasanya susah.
"Jingan!" umpat Miko sembari memukul kemudinya dengan kuat saat pikiran-pikiran negatif tentang Dania berkelebat di benaknya.
"Dania cewek baik-baik, dia nggak mungkin berani macem-macem di belakang gue. Dia cewek terbaik yang gue miliki," gumam Miko terus berusaha berpikir positif tentang pacanrya itu tapi susah.
"Meskipun dia belum cinta sama gue, tapi gue yakin dia punya perasaan yang sama kaya gue."
Miko menekan klakson mobilnya dengan sangat brutal saat mobil dan motor di depannya tidak kunjung beranjak padahal lampu lalu lintas sudah berubah menjadi warna hijau.
Ponselnya berdering, Miko melirik sedikit ke arah layar ponselnya. Tertera nama Dewa di sana. Ia memakai earphone bluetooth miliknya ke telinga, lalu menerima panggilan dari Dewa.
"Sore ini jangan lupa, samperin Dania di toko bunga yang selalu buka sore. Tepatnya di jalan sebelum gang masuk ke pemakaman umum," ujar Dewa melalui sambungan telepon.
Miko berdecak pelan saat Dewa langsung mematikan sambungan telepon itu sebelum ia menjawab.
"Sialan," umpat Miko pelan dengan tatapan tajam matanya yang lurus ke depan. Rahang tegasnya mengetat seiring dengan deru napasnya yang mulai memburu.
Setelah memarkirkan mobilnya di dekat Warung Omben Pakde, Miko lari ke markas dan memperlihatkan lencana miliknya pada dua penjaga markas. Lalu ia mendekat ke mesin scan sidik jari. Ia baru bisa masuk ke dalam markas setelah melakukan serangkaian syarat itu.
Suasana di dalam markas ramai seperti biasa. Kabar Lakra akan segera kembali ke Vektor juga sudah terdengar oleh mereka.
"Gue mau lapor, Ko," ujar Gerald mengikuti langkah Miko yang berjalan menuju sofa di tengah-tengah ruangan.
"Dewa sama Rafi sejauh ini aman-aman aja. Rafi masih rawat inap di rumah sakit gara-gara olahraga malem waktu itu," ujar Gerald lagi dan langsung diangguki oleh Miko.
"Lo boleh pergi," ujar Miko. Gerald memberi hormat pada Miko dan kembali bergabug dengan yang lainnya.
Rayn berdeham, mengundang atensi Miko. Cowok itu memberi beberapa lembar foto yang sudah dicetak kepada Miko. Foto-foto itu memperlihatkan jika Dewa dan Fendi sering keluar masuk markas Rektor akhir-akhir ini.
"Thanks," ucap Miko.
"Yoi, gue gabung sama yang lain dulu."
Miko mengangguk dan membiarkan Rayn pergi. Ia menyimpan bukti-bukti dari Rayn ke nakas di sebelahnya.
Gue nggak tau rencana apa yang lo susun sama abang lo, Dewa. Tapi feelings gue rencana itu besar dan bisa aja menghancurkan Vektor, batin Miko sangat cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...