SELAMAT MEMBACA💘
•••
Beberapa hari ke belakang Miko memutuskan untuk tidak datang ke markas, setiap pulang sekolah ia mencari bukti-bukti yang ia perlukan. Dibantu Tama, Akmal, dan Endro. Kabar Lakra tidak terdengar usai cowok itu keluar dari rumah sakit. Entah sekarang ada di mana.
Selama sibuk mencari bukti, Dania juga terus mencoba untuk menghubunginya bahkan menemuinya. Tetapi untuk sekarang Miko memilih untuk tidak bertemu dengan pacarnya itu.
"Abang Mica kangen sama kakak cantik," adu Meisya pada Miko yang sedang memakai sepatunya. Cowok itu mau pergi mencari bukti lagi.
"Kakak cantik lagi sibuk, Mica."
"Abang boong! Kakak cantik enggak sibuk, kakak cantik sering main ke rumah kok kalo Abang pergi." Ucapan bocah itu membuat Miko menoleh.
"Kapan kakak cantik dateng ke sini? Mica kok baru bilang sama Abang, hm?" Miko bertanya sembari mengangkat adiknya itu ke pangkuannya.
"Kemarin, kemarin, kemarinnya lagi kakak cantik ke sini nyariin Abang. Kasihan lho kakak cantik sedih Abang pergi terus," jawab Meisya ngomel.
Miko tersenyum tipis dan mencium kedua pipi gembul Meisya. "Kalo kakak cantik ke sini bilang ya jangan sedih Abang sayang sama kakak cantik. Oke?"
"Oke Abang!" Meisya menjawab dengan penuh semangat lalu memeluk leher Miko erat. "Mica mau ketemu abang es ya, Bang. Nanti jangan lupa diajak ke sini ya?"
Miko tau siapa yang Meisya maksud. Lakra, salah satu temannya yang sangat dekat dengan Meisya. Hingga memiliki panggilan akrab seperti itu. Tetapi sulit rasanya untuk bertemu Lakra dan meminta dia datang ke rumah. Di mana dia sekarang saja Miko tidak tahu.
"Mica udah lama nggak ketemu abang es, jangan lupa ajak ke sini ya?" Mata bulat itu menatap Miko penuh harap.
"Abang nggak janji ya?" ucap Miko lalu diangguki pelan oleh Meisya.
"Sama Suster dulu ya, Abang mau pergi. Jangan nakal-nakal ya, Cantik." Miko mengecup puncak kepala Meisya lalu pergi.
Miko yang hendak menginjak pedal gas mobilnya terurungkan karena panggilan telepon dari Anna.
"Apa, An?"
"..."
"Di jalan mana?"
"..."
"Gue ke sana sekarang!" Dengan segera Miko melajukan mobilnya. Ia panik sekarang, tadi kata Anna tiba-tiba Dania histeris setelah melihat kecelakaan. Ia takut tramua cewek itu kambuh lagi.
Munafik jika ia tidak khawatir. Semarah dan sekecewa apapun ia pada Dania, cewek itu masih pacarnya. Orang yang ia sayang dan ia cintai sampai kapanpun. Berlian yang tidak mau ia sia-siakan untuk kedua kalinya.
Miko menepikan mobilnya di jalan yang Anna sebutkan tadi. Banyak orang yang berkerumun di area itu. Ada mobil polisi, ambulans, dan mobil yang menerabas trotoar.
"Minggir!" Miko membelah kerumunan di dekat halte dan melihat Dania menangis histeris di pelukan Anna. Ia segera menarik tubuh cewek itu ke pelukannya.
"Kenapa Sayang?" tanyanya lembut dan khawatir. Ia mengusap puncak kepala Dania penuh perasaan.
"Bang Davin, mobil itu ..." Dania menunjuk mobil yang habis mengalami kecelakaan itu.
"Bang Davin, gue, mobil, kecelakaan, darah, ambulans," ucap Dania dengan tatapan kosongnya.
Miko mengerti maksud Dania. Ia mengeratkan pelukannya. "Ada gue di sini. Gue bakal nemenin lo. Tenang ya?" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...