37. Penyelidikan

452 37 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Lo denger nggak inti Vektor ngobrolin apa di depan markas sore tadi?" tanya Pasya pada Dania.

"Nggak terlalu kedengeran sih, tapi gue denger nama ketua Rektor yang udah meninggal itu disebut-sebut sama Akmal dan Endro," jawab Dania mengundang jiwa kepo Sevina dan Anna.

"Gue juga denger mereka bahas itu. Apa mereka lagi mau nyelidikin itu ya?"

"Bisa jadi. Setau gue Vektor yang dituduh udah bunuh ketua Rektor itu," ujar Sevina ikut nimbrung.

"Ih gue mah nggak percaya kalo Vektor yang ngelakuin itu. Lagipula kejadiannya udah lama kenapa baru sekarang nyelidikinnya?" Anna beropini.

"Karena sampe sekarang kematian ketua Rektor itu belum nemuin titik terang," kata Dania.

"Vektor dan Rektor musuhan lagi juga karena kematian ketua Rektor itu," sambungnya.

Pasya mengingat kejadian beberapa tahun silam. Berita kematian ketua Rektor itu santer terdengar satu hari setelah kecelakaan Dania dan abangnya. Dua kejadian di tempat yang sama. Rasanya ada yang janggal. Ia berpikir kecelakaan Dania dan Davin juga sudah direncanakan seperti kematian ketua Rektor.

"Jangan bengong gitu, Sya, nanti kesambet," tegur Anna melempar Pasya dengan kentang goreng.

"Gue lagi mikir," sahut Pasya kesal. "Gue dukung inti Vektor buat menyelidiki kasus itu."

"Itu urusan mereka. Kita tinggal nunggu kabar baik aja," ujar Sevina. Dania setuju dengan itu.

Secepatnya kabar baik itu harus terungkap, biar dia tenang di atas sana karena udah dapat keadilan atas kepergiannya, dan buat bang Davin i miss you so much, batin Dania mendongakkan kepalanya menatap langit gelap yang dihiasi gemerlap bintang.

•••

"Lo serius mau nyelidikin ini malem-malem begini?" Tama bertanya pada Lakra yang sudah turun dari motornya dan duduk di trotoar.

Lakra mengangguk singkat dan mengeluarkan laptopnya dari dalam tas punggung yang ia bawa.

"Sepi banget anjir ngeri gue," ujar Endro mengusap lengannya sembari bergidik ngeri.

Miko duduk di samping Lakra dan melihat apa yang sahabatnya itu lakukan. Sedangkan Tama dan Akmal berdiri di depan tiang lampu penerang jalan yang sudah berkarat dan penyok.

"Kayaknya semenjak kecelakaan itu udah nggak difungsiin lagi ini, Mal," ujar Tama menyentuh bagian tiang itu yang penyok.

"Iya. Enggak dihilangin juga," sahut Akmal sembari berjongok.

"Denger-denger tiang ini juga yang buat ngiket mayat ketua Rektor yang udah meninggal itu," ujar Tama lagi

"Jadi ngeri gue, Tam." Akmal bergidik ngeri dan berlari kecil menuju teman-temannya yang lain meninggalkan Tama sendirian.

"Bang Duta bilang ke gue, mobil yang dikendarain bang Davin waktu itu katanya emang blong remnya. Mobil itu sekarang masih ada di rumahnya cuma udah nggak dipake," ujar Lakra memperlihatkan mobil yang ia maksud. Ia sempat menemui Duta di rumahnya beberapa waktu lalu dan sengaja mengambil gambarnya.

"Dan beberapa bagian udah diubah karena kerusakannya parah waktu itu. Untungnya mobil itu diasuransiin," sambung Lakra.

Mereka menyimak penjelasan Lakra. Karena cowok itu memang cerdas untuk masalah-masalah seperti ini.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang