19. Damai

659 56 8
                                    

SELAMAT MEMBACA💘
Selamat bersenang-senang lihat Miko-Dania akur💘

•••

Bel sekolah tanda pergantian jam pelajaran ke empat berbunyi, tetapi Dania tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Dania sudah kembali sekolah seperti biasa, tetapi sekarang cewek itu entah berada di mana. Bolos sekolah adalah hal biasa bagi Dania, tetapi kalau bolos sendiri itu baru luar biasa.

"Dania nyari ribut sama Bu Weni ini mah yakin gue," gumam Pasya sembari melirik bangku di sebelahnya yang kosong.

"Kemana sih itu bocah satu? Hobi banget sekarang bikin temennya kepikiran," gerutu Sevina khawatir.

"Iya, Dania sekarang kenapa hobi banget sih ngilang-ngilang begini? Tumben banget bolos nggak ajak-ajak," timpal Anna.

"Selamat siang, anak-anak." Suara Bu Siska, guru matematika yang selalu membawa penggaris panjang berbahan kayu itu menginterupsi.

"Siang, Bu!"

"Ada yang tidak masuk hari ini?" tanya guru itu berdiri di sela-sela deret kedua meja yang ada di depan.

"Nihil, Bu," jawab sekretaris yang setiap harinya bertanggung jawab mengisi presensi kehadiran murid.

Mata Bu Siska mengarah ke bangku kosong di samping Pasya dan berjalan ke arahnya. "Ke mana teman sebangkumu?" tanya guru itu pada Pasya.

"Emm, saya juga nggak tau, Bu," jawab Pasya takut kena omel Bu Siska.

"Gimana bisa nggak tau? Kan kamu sebangku sama dia?" Bu Siska menatap penuh selidik membuat Pasya mati kutu. Pasya memang paling segan dengan guru matematika yang satu ini.

"Mirdania Pramatya." Guru itu berkata. "Hobi sekali membolos jam pelajaran saya," lanjut Bu Siska kembali ke mejanya.

"Kemarin kita sudah selesai kan bahas materi bab tiga?" tanya Bu Siska dibenarkan oleh siswa-siswi di kelas 11 IPA 1 ini.

"Kalo gitu sekarang kita ulangan."

Pekikan kaget dan tidak terima terdengar riuh setelah mendengar ucapan Bu Siska yang horor tadi. Tidak ada info apa-apa minggu lalu, tiba-tiba guru itu mengatakan sekarang ulangan. Bu Siska hobi banget bikin anak didiknya jantungan.

"Bu, bisa nggak jangan bikin muridnya mati perlahan?" tanya siswa yang belum siap untuk ulangan harian.

"Iya, Bu, belum belajar nih, Bu."

"Loh, kalian kan anak IPA seharusnya kalian lebih aktif dong? Kalian harus belajar tanpa Ibu minta. Sudah kelas sebelas apa masih harus diingatkan untuk belajar?" kata Bu Siska sudah mempersiapkan lembaran kertas kosong dan soal terpisah.

"Bu, anak IPA juga sama kali, Bu, sama anak-anak jurusan lain," ujar muridnya lagi.

"Sudah-sudah jangan banyak protes sekarang saya beri waktu sepuluh menit untuk belajar," ucap Bu Siska final membuat decakan tidak terima terdengar sampai telinganya.

•••

"MIKO ARGANI DIMASARYA!" Bu Weni mengejar murid badungnya itu saat memergokinya merokok di gazebo taman belakang.

"Jangan kabur kamu, Miko!" Lengkingan suara guru BK itu membuat beberapa murid dari kelas-kelas yang dilaluinya mengintip dari balik jendela.

"Bu, udahan napa jangan kejar-kejar saya lagi," sahut Miko sesekali melihat ke belakang. "Malu ah Bu sama umur masa ngejar berondong begini."

"Heh, mulut kamu minta Ibu sundut pake rokok iya?!" Bu Weni terus mengejar kemanapun murid badung itu lari.

"Bu Weni," panggil Dania dari belokan koridor membuat guru itu berhenti dan menetralkan napasnya yang ngos-ngosan.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang