40. Masalah Baru

487 33 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

WOP hari ini ramai seperti biasa. Puluhan anggota Vektor dan warga sekitar membaur jadi satu di tempat itu. Ada yang bermain catur, ada yang mengobrol, dan ada juga yang bermain Monopoli.

"Mas," Pakde datang membawa pesanan Miko dan yang lainnya. "Monggo dinikmati," katanya.

"Makasih, Pakde. Sekalian nanti kalo anak-anak Forla ada yang mampir bilangin ditraktir Miko," ujar Miko memberitahu.

"Siap!" Pakde hormat kepada Miko dan kembali ke dapurnya untuk membuatkan pesanan lain.

"Lo sering-sering aja, Ko, sakitnya. Tangan lo udah sembuh, besok giliran kaki. Seneng gue kalo ditraktir terus begini," ujar Gerald.

"Nangis dompet gue." Miko terkekeh.

"Halah, duit lo banyak nggak usah merendah untuk membangsat lo!" Dino ikut nimbrung.

"Dompet lo sama dompet gue tebelan dompet lo kalo lupa, No," ujar Miko sembari mengaduk es tehnya.

"Kok tau?"

"Tau lah lo tiap hari dapet transferan dari bokap lo. Keluarga sultan bebas," ujar Miko lagi. Dino hanya cengengesan.

"Bisa-bisanya lo tiap hari dapet transferan kerjaannya ngabisin makan orang!" sahut Tama sembari duduk berhadapan dengan Dino. "Mana katanya mau ganti makanan gue?"

"Kata lo makanannya nggak penting. Gimana sih?" ujar Dino bingung.

"Tetep aja lo sama Bisma yang makan sampe sisa setengah. Ganti pokoknya, harus!"

"Ribet banget timbang makanan. Ntar gue beliin," ujar Bisma. "Pake duit Dino," sambungnya.

"Ye bego," cibir Dino menggetok kepala Bisma pelan.

"Ngomong-ngomong Lakra ke mana nih?" Akmal bertanya.

"Tadi dia buru-buru pergi. Gue juga nggak tau ke mana," jawab Sevina yang baru saja datang bersama Dania, Pasya, dan Anna.

"Lakra udah ngabarin gue. Katanya dia lagi ada urusan sama bokapnya," ujar Miko menjawab kekepoan sahabat-sahabatnya. Baru saja Lakra memberi pesan padanya.

"Ndro, tumben diem biasanya paling heboh," celetuk Akmal merangkul sahabatnya itu yang tampak seperti sudah bosan hidup.

"Gue males banget sama lo, sama Anna." Endro mendengus. "Gue tadi lagi enak-enak makan loh."

"Endro, kalo tadi kita nggak kabur mama gue pasti nahan lo berdua sampe tengah malem. Emang kalian mau apa mantengin buku terus?" Anna bersuara. "Mama tuh seneng kalo anaknya ambis, tapi kan gue nggak bisa."

"Gue masih pengin makan masakan mama lo, An," ujar Endro sembari menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Besok-besok kan bisa? Tiap hari lo ke rumah pasti juga mama gue masakin. Kayak nggak bakal ketemu lagi aja."

Mereka yang tidak mengerti hanya menyimak pembicaraan Endro dan Anna. Keduanya asyik berdebat tidak mempedulikan sekitarnya.

"Tadi gue baru pertama kali main ke rumah lo. Mama lo baik banget. Makanya merasa bersalah gitu mama lo masak banyak eh kita malah kabur," ujar Endro.

Akmal mengangguk. "Bener sih, An. Durhaka kita. Dimasakin malah milih kabur dan makan di sini," katanya sependapat dengan Endro.

"Yaudah sana lo berdua balik ke rumah gue. Nemenin mama gue ngabisin makanannya. Kalo bisa nginep sekalian ya. Gue nggak pulang malam ini," ujar Anna memalingkan wajahnya ke arah lain.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang