32. Berlian

567 52 0
                                    

SELAMAT MEMBACA💘
Semoga suka sama part ini, jangan lupa bintangnya diklik🤪

•••

Riuh canda dan tawa dari sekumpulan murid yang nongkrong di depan kelas 11 IPA 3. Kelas Miko dan inti Vektor. Cowok-cowok duduk di bangku panjang depan kelas dan di pembatas koridor. Ada beberapa cewek di kelas itu juga ditambah inti Forla yang ikut bergabung.

Lebar koridor yang hanya dua meter dipenuhi oleh murid-murid itu. Hingga murid lain yang ingin lewat harus berbesar hati melompati pembatas koridor dan melewati pinggiran lapangan utama SMA Anggrek.

"Ngomong-ngomong lo pada sekarang jadi anggota Vektor ya kan," ujar cowok yang duduk di samping Endro.

"Inti Vektor," sambar Endro mengoreksi.

"Iya elah inti Vektor. Sombong amat."

"Iri? Bilang bos!"

"Diem, Ndro, gue mau ngomong ini!" tegur cowok tadi menjitak pelan kepala Endro.

"Gue mau nanya tentang yang kemarin itu ribut-ribut pas event. Kan yang ribut lo pada, kok yang kena imbas Dewa dah?"

Tama menyeringai kecil. "Gue, Miko, Lakra, Akmal, sama Endro udah diskors seminggu kalo lo lupa. Masalah Dewa itu lain lagi. Jaraknya juga agak lama."

"Nah itu, Dewa kenapa bisa lengser? Gue denger-denger posisi Rafi sebagai Ketos juga bakal digantiin sama orang lain," ujar cewek yang berdiri sembari memainkan ujung rambutnya.

"Rafi sama Dewa nggak pernah bikin masalah. Mereka tertib. Tapi tiba-tiba Dewa udah nggak jadi waketos. Rafi juga mau diganti. Aneh sih menurut gue," sambungnya.

"Dont judge the book from the cover," peringat Akmal membuatnya menjadi pusat perhatian sekumpulan murid itu.

"Loh kenapa lo semua? Salah emang yang gue omongin? Bener kan?" Akmal menatap heran mereka semua.

"Ya seandainya mereka bikin masalah. Masalah apa dong sampe bikin mereka kehilangan posisi di OSIS?" Cewek tadi kembali bersuara membuat Dania jengah sendiri.

"Lo diem deh. Gue males banget bahas mereka. Udah lah nggak usah dibahas," ujar Dania ketus.

"Kalian tau tentang itu?" tanya cowok yang berdiri di samping Miko. Menatap inti Vektor dan Forla satu per satu.

"Kalopun kami tau. Itu bukan hak kami buat kasih tau ke kalian semua. Mereka kehilangan posisi di OSIS juga nggak berdampak apa-apa ke kalian, kan?" Sevina mencoba menengahi.

"Gue emang deket sama Dewa dan Rafi karena gue beberapa kali ikut terlibat sama urusan OSIS, meskipun gue bukan anggota dari mereka. Tapi gue nggak bisa memihak pada orang yang salah," lanjut Sevina.

"Mereka salah apa?"

"Tanya ke mereka kalo kalian emang mau tau," sahut Pasya. "Bukannya lebih baik nanya ke orangnya langsung daripada dengar dari mulut orang lain yang belun tentu jelas kebenarannya?"

Tama bertepuk tangan pelan. "Cerdas banget masa depan gue," pujinya. Bukan mendapat balasan terima kasih, Tama malah mendapat toyoran keras dari Akmal dan Endro.

"NGAREP!" cibir mereka berdua serempak.

"Paansih lo pada? Iri? Iri? Iri?"

"Lo sana kawin sama biri-biri." Endro menyahut.

Pasya menarik ujung kemeja seragam Tama saat cowok itu hendak menerjang tubuh Endro. "Bisa nggak jangan emosian? Dia cuma becanda jangan dibawa serius," tegurnya.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang