68. Puncak

669 46 3
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Kasus kematian Davin dan Dega sudah selesai. Kemarin hakim memberi keputusan penjara seumur hidup kepada Fendi selaku tersangka kasus itu. Sedangkan anggota Rektor lainnya dijatuhi hukuman paling lama sembilan bulan karena sudah menutupi pelaku tindak kejahatan.

Menjadi kelegaan tersendiri bagi Inti Vektor dan Forla yang berhasil mengungkap kasus itu. Tentunya dibantu Beno, Rafi, Duta, dan pihak berwajib.

Kini mereka mulai menjalani hidup setenang dan sedamai dulu setelah mendapat hukuman skors selama tiga hari. Kedamaian mereka ditambah dengan kabar Dewa yang sudah di drop out dari sekolah karena kasus kemarin.

"Rafi gimana kabarnya?" Miko bertanya pada Anna yang selama ini selalu menemani Rafi di rumah sakit.

"Sesuai janji Sevina, Rafi pindah ke luar negeri," jawab Anna.

"Dia sendirian di sana?" Giliran Akmal yang bertanya pada Anna.

"Enggak. Rafi tinggal bareng papa gue. Dia sekolah di sana sampai nanti lulus. Papa juga udah minta berkas-berkas Rafi dari panti asuhan buat diurus biar bisa masuk ke Kartu Keluarga gue." Ucapan Anna membuat mereka terkejut.

"Lo sekarang saudaraan dong sama Rafi?" tanya Pasya.

"Iya. Kami saudara. Jadi jangan mikir gue suka sama Rafi lagi. Gue tuh juga nggak ngerti kenapa selalu kepikiran sama dia."

Dania terkekeh pelan. "Kalopun lo suka sama Rafi juga nggak masalah kali, An. Kalian nggak ada hubungan darah, kan?"

"Ya masa nanti kalo gue nikah sama Rafi pas ngurus buku nikah cuma pake satu Kartu Keluarga. Apa kata petugas KUA-nya?"

Mereka tergelak karena ucapan Anna yang terdengar menggemaskan. Cewek itu berkata dengan wajah tertekuk dan bibir mengerucut bagaimana tidak lucu?

"Berarti gue sama Akmal bisa nih saingan lagi buat dapetin lo?" tanya Endro.

Anna menggeleng. "Cukup ya, kalian jangan saingan lagi buat dapetin gue. Jujur gue nggak ada rasa sama kalian. Daripada nanti gue cuma nyakitin kalian mending udah nggak usah lagi punya harapan ke gue," katanya membuat Akmal dan Endro tertunduk lesu.

"Lo ngomong begitu bukan karena Satria kan?" Sevina menodong Anna menggunakan garpu siomay. "Lo kan sekarang nempel banget tuh sama si playboy itu!"

"Ih enggak, Satria udah punya pacar."

"Mending pacaran sama gue, An. Biar gue nggak jomblo lagi," ujar Tama mengundang atensi yang lainnya. Terutama Pasya yang duduk persis di sebelah Tama.

Anna menautkan alisnya dan menoleh ke arah Pasya yang terlihat kesal dengan ucapan Tama. "Terus Pasya dikemanain?"

"Bodoamat gue mah. Lagian daripada gue nunggu yang nggak pasti kan mending gue sama lo aja," jawab Tama benar-benar tidak memedulikan keberadaan Pasya di sampingnya.

"Oh lo gitu sekarang sama gue?" Pasya menyeletuk dengan lirikan tajamnya ke arah Tama. "Cukup tau aja deh gue. Besok balikin tuh cincin ke mama gue. Nggak usah lagi ikut ke acara keluarga gue!"

Tama mencopot cincin couple pemberian dari mama Pasya, kemudian meletakkan di cewek itu. Hal itu membuat inti Vektor dan Forla yang lain semakin terkejut.

"Gue balikin sama lo aja. Makasih," ucap Tama seadanya.

Mata Pasya melotot, mulutnya menganga lebar karena ulah Tama. Jadi benar cowok itu tidak mau memperjuangkannya lagi? Sudah cukup sampai di sini saja perjuangannya? Serius?

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang