SELAMAT MEMBACA💘
Jangan lupa ramein setiap paragrafnya!
Semoga seneng sama part ini hihi•••
Sejak kejadian malam itu, satu minggu ke belakang Miko dan Dania semakin dekat. Mereka benar-benar mengulang semuanya dari awal. Dania juga sudah menerima Miko dan keempat temannya menjadi bagian dari Vektor.
Seluruh anggota Vektor dan Fortis Puella(Forla) juga sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di markas Rektor satu minggu yang lalu hingga membuat Dania, Miko, bahkan anggota Vektor yang lain pulang ke markas dengan keadaan yang cukup memprihatinkan.
Hari ini inti Vektor juga sudah kembali masuk sekolah setelah melewati skorsing satu minggu karena kerusuhan saat Event Tahunan SMA Anggrek masih berlangsung.
"Pagi, Bu Weni," sapa Dania pada guru BK kesayangannya itu.
"Pagi. Kenapa kamu senyum-senyum begitu? Mau bantuin teman-teman kamu itu lepas dari hukuman saya?" tuding Bu Weni menunjuk Miko, Tama, Akmal, dan Endro bergantian.
"Oh enggak kok, Bu, malahan saya mau nemenin Bu Weni biar nggak diakalin sama mereka. Emang Ibu mau diakalin sama mereka terus mereka kabur dari hukuman?"
Bu Weni menelisik kedua manik Dania, mencari kebohongan dari murid bandelnya itu. "Ya, Ibu nggak mau," katanya saat melihat tidak ada kebohongan dari Dania.
"Nah gitu dong, Bu." Dania menoleh ke arah empat cowok yang sedang menatapnya bingung. Ia hanya menampilkan senyum mengejeknya pada mereka.
"Ayo cepat masukkan seragam kalian!" perintah Bu Weni.
Dania langsung berbalik, agar tidak melihat aset berharga keempat cowok itu.
Belt yang mencirikan mereka sebagai anggota Vektor terlihat saat seragam sekolah mereka sudah dimasukkan ke celana. Belt dengan ukiran enam huruf itu hanya dimiliki oleh anggota Vektor. Atribut eksklusif.
"Belt sekolah kalian ke mana?" Bu Weni mendelik melihat atribut murid-murid itu berbeda.
"Ya elah, Bu, jangan begitulah. Kan udah biasa kami pake belt ini, eh khususnya anak-anak Vektor," sahut Endro.
Bu Weni hanya menghela napasnya panjang dan memutari mereka. Menggeledah saku celana mereka satu per satu untuk mencari barang yang membuat mereka di hukum saat ini.
"Mana bungkus rokok dan pematik yang kalian pake tadi?" tanya Bu Weni karena tidak menemukannya.
"Lah, kita nggak ngerokok, Bu," elak Akmal.
"Ibu nggak percaya sama kalian. Tadi Dewa yang melaporkan kalian ke Ibu. Masa Dewa bohong dia anak OSIS nggak mungkin bohong," sahut Bu Weni.
"Terus kalo dia anak OSIS, Ibu seratus persen percaya sama dia?" Miko menyahut karena tuduhan tanpa bukti itu membuatnya harus dihukum di tengah lapangan panas-panas seperti ini.
"Ya tentu."
Tama tertawa pelan dan menurunkan tangannya yang sedang hormat. "Pasti Ketos sama Waketos itu cuma mau adu domba Ibu sama kami. Coba deh Ibu bisa nggak cium aroma asap rokok dari kami?"
Bu Weni mendekat dan mendengus mereka satu per satu.
"Gimana, Bu, kami bau rokok nggak?" tanya Tama lagi.
"Enggak," jawab Bu Weni, "ah tapi pasti kalian udah makan permen tadi. Saya nggak bisa kalian bohongin!"
"Astaghfirullah, dosa apa gue sampe dituduh terus sama guru sendiri," gumam Endro meratapi nasib malangnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...