06. Peraturan Baru

1.1K 99 1
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Memenuhi tugas dari Miko, Tama naik ke lantai dua markas besar Vektor dan Fortis Puella (Forla). Kedatangan Tama membuat anggota Forla yang sedang mengadakan rapat rutin menjadi senyap dan semua anggota menoleh ke arahnya.

Tama menggaruk tengkuknya dan meringis kecil. Ia jadi canggung. Seharusnya tadi mengecek dulu jadwal Forla di papan informasi yang tertempel di dinding tengah-tengah anak tangga.

"Nggak enak bener jadi orang gegabah kayak gue begini," gumam Tama hendak turun lagi ke bawah, namun suara Dania lebih dulu menginterupsinya.

"Kepala suku yang kerjaannya sentimen mulu dan nggak ada sopan-sopannya otw ngamuk nih kayaknya," gumam Tama lagi.

"Sini lo!" perintah Dania semakin meninggikan suaranya.

Tama berbalik dan melangkah mendekati Dania. Ia yang awalnya bersikap canggung menjadi kesal sendiri melihat senyum miring Dania.

"Mau ngapain Tama anak baru yang terhormat?" tanya Dania singkat dan melempar setumpuk jadwal balapannya ke meja, lalu mendongak untuk menatap Tama.

"Gue mau ngobrol sama Pasya, berdua," jawab Tama tanpa basa-basi lagi.

"Penting?" tanya Dania sembari menoleh ke arah Pasya, cewek itu menggeleng tidak tahu.

"Penting nggak?" Dania bertanya pada Tama dan melipat lengannya di depan dada.

"Penting lah kalo nggak penting ngapain gue ngobrol sama Pasya?" sahut Tama cepat.

Dania mengangguk angkuh. "Oke kalo gitu," katanya, "Sya, buruan deh selesein urusan lo sama Tama. Gue paling nggak suka ada yang ganggu rapat Forla."

Seluruh anggota Forla tersenyum miring ke arah Tama. Cowok itu berkacak pinggang dan mengangkat dagunya.

"Inget ya lo pada, gue inti Vektor," ujar Tama sombong kemudian berlalu pergi setelah Pasya berdiri dan berjalan ke arahnya.

Virus sombong Akmal merasuki tubuh Tama.

"Mau ngobrol apaan?" tanya Pasya ketus setelah berada di taman kecil belakang markas.

"Lo nggak mau nangis lagi di depan gue?" tanya Tama sembari memperlihatkan senyum mengejeknya.

Pasya memalingkan wajahnya. Ia jadi malu, kemarin pertama kalinya ia menangis di hadapan Tama.

"Wakil ketua Forla nangis, berita hot bukan?" sarkas Tama.

"Lo mau ngobrol penting apa ngejelekin gue?" tanya Pasya tidak suka Tama membahas kejadian kemarin.

"Dua-duanya," balas Tama melirik ke arah Pasya sebentar.

"Oh gitu, terus yang kemarin kelihatan peduli sama Dania kenapa tiba-tiba ngeselein banget ya?" balas Pasya balik menyindir.

"Salah gue peduli sama orang?" Tama sewot.

"Aduh, ngerasa deh," sahut Pasya dengan kekehan hambarnya. "Buruan mau ngobrol apa? Gue nggak ada waktu ngurusin lo, Tam," katanya.

"Iya, tenang lo itu nggak ada niat buat bikin Dania kumat kok," timpal Tama jauh dari topik yang hendak ia bahas.

"Lo ngeselin banget sih, Tam!" Pasya mendorong tubuh cowok itu hingga terhuyung ke depan. Bukannya membalas Tama malah cekikikan.

"Lupain-lupain," suruh Tama. "Gue cuma mau nanya lo ada masalah apa sama Miko?" tanyanya sembari berbalik agar bisa melihat mata Pasya dengan jelas.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang