SELAMAT MEMBACA💘
•••
Hujan yang pagi ini turun, membuat SMA Anggrek meniadakan upacara bendera yang digelar setiap hari Senin. Empat puluh lima menit digunakan untuk evaluasi oleh wali kelas pada seluruh siswanya.
Kelas 11 IPA 3, kelas kelima anggota inti Vektor. Pak Janu, guru Biologi sekaligus wali kelas mereka—sejak kelas sepuluh yang tidak pernah diganti—pun memberikan beberapa amanat dan motivasi untuk kelas itu. Kelas kebanggaannya, meskipun beberapa kali siswanya berbuat ulah. Pak Janu tidak heran lagi kelasnya berbeda dengan kelas IPA pada umumnya yang damai dan tentram. Memang kalau pelajaran mereka serius, tetapi kalau jamkos dan di luar kelas ada saja masalah yang terjadi.
"Kalian dengerin saya ngomong di depan atau tidak?" tanya Pak Janu yang sudah pasrah melihat siswa-siswinya yang asyik dengan dunia mereka sendiri-sendiri.
"Dengerin, Pak!" balas mereka serempak.
"Memang benar-benar pencitraan kelas ini. Kalau sama guru lain kalian sangat aktif dan tenang kelasnya, tetapi kalau sama saya keluar semua aslinya ya," kekeh Pak Janu sembari menggeleng kepala heran.
"Ah, Bapak bisa aja," sahut Endro membuat Pak Juna menoleh ke arahnya.
"Tentu bisa. Satu yang Bapak tidak bisa." Pak Juna kembali bersuara.
"Apa tuh, Pak?" Kini giliran Akmal yang bersuara mewakili teman-teman sekelasnya.
"Membersihkan nama baik Miko, Tama, Akmal, dan Endro di pandangan guru BK," kata Pak Juna membuat keempat siswanya yang namanya ia sebutkan mendesah berat.
"Kok Lakra nggak disebutin juga, Pak?" tanya siswi yang duduk paling depan.
"Lakra tidak pernah cari masalah seperti keempat temannya. Lagipula dia ketua kelas terbaik satu angkatan ini. Hebat kan?" Pak Janu terang-terangan memuji murid spesial di kelas ini. Lakra Dewanta.
Semuanya bertepuk tangan mengapresiasi Lakra. Sedangkan yang diapresiasi nampak tidak peduli dan menatap kosong ke depan. Cowok itu sedang memikirkan sesuatu yang hingga sekarang belum ia temukan akar masalahnya.
"Bangga gue bisa jadi sahabat Lakra," ujar Endro.
"Gue juga." Akmal menimpali.
"Lakra yang nggak bangga jadi sahabat lo berdua!" Tama ikut nimbrung dan tertawa meremehkan.
"IRI? BILANG BUOSS!" sahut Endro sembari berdiri dan menghadap ke meja Miko dan Tama.
"Sudah sudah," lerai Pak Juna saat Tama hendak membalas sahutan itu.
"Bapak sangat berharap kelas ini menjadi kelas unggulan. Tolong jaga nama baik kelas ini dan nama baik Bapak. Jaga kekompakan kalian. Terlebih saat ada event-event di sekolahan ini. Kalau kerja tim ya, harus kerja tim jangan egois."
"Baik, Pak!" seru mereka semua.
"Berarti kalo ulangan boleh saling bantu-membantu juga kan Pak?" tanya Akmal ngawur.
"Jangan dongo banget gitu lah, Mal," ujar Miko yang sedari tadi diam melihat kelakuan teman-temannya.
"Nanya gue, Ko, memastikan." Akmal terkekeh pelan.
"Ya, kalau lagi ulangan dikerjakan sendiri-sendiri. Tidak ada sejarahnya kelas 11 IPA 3 saling berbagi jawaban saat ulangan. Kalo PR itu tidak masalah, atau tugas di kelas. Karena kami juga yang mengoreksi tau mana yang menyalin jawaban teman, mana yang mengerjakan mandiri," kata Pak Janu.
"Cenayang, Pak?" tanya siswa yang duduk sebaris dengan Miko.
"Enak saja. Bukanlah," elak Pak Janu. "Kami ini yang sudah lama menjadi guru, tau betul karakter-karakter muridnya. Lagian kalo PR atau tugas kalian pasti juga nyari di internet kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...