64. Titik Terang

478 43 4
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Formasi lengkap Inti Vektor dan Inti Forla mengalihkan perhatian seluruh murid SMA Anggrek yang berada di koridor menuju kelas mereka.

Pesona sembilan orang itu sangat memancar ketika bersama. Pujian demi pujian mereka dapatkan. Tetapi tidak sedikit pula yang memuji tapi dengan niat menjatuhkan. Hal itu tidak membuat kesembilan orang itu pusing memikirkan.

"Kok nggak pake gelang Forla?" tanya Miko mengangkat lengan Dania yang mulus.

"Ketinggalan di rumah. Tumben banget nanyain gelang, kenapa?"

"Gelang Forla kan identitas lo."

"Gue lupa pake tadi."

"Ya udah."

Dania mendengus pelan. "Cuek banget cuma ya udah doang."

"Terus harus gimana?" tanya Miko. "Kan nggak mungkin gue marahin lo cuma karena nggak pake gelang Forla."

"Ya tapi kan gue salah. Harusnya gue pake gelang itu."

"Kesadaran diri sendiri sih itu. Kalo penting juga lo inget."

Dania memukul pelan bahu Miko karena tidak terima. "Forla penting buat gue!"

"Kalo gue penting nggak buat lo?" tanya Miko sembari menoleh ke arah Dania dengan kening yang mengerut.

"Jujur kesel sih gue lo nanya begitu!"

"Kenapa kesel?"

"Ya lo mikir lah. Kalo lo nggak penting, ngapain gue mau pacaran sama lo?"

Miko terkekeh dan mengacak pelan puncak kepala Dania. Tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya.

"Tapi kita pacaran cuma saling sayang doang. Gue-nya cinta tapi lo enggak," ujar Miko membuat Dania terdiam. Beda dengan yang lainnya, mereka tertawa mengejek pada Miko.

"Kalo udah cinta bilang ya, sampai kapanpun gue bakal nunggu," ujar Miko lagi kemudian diangguki oleh Dania.

Saat keduanya hendak masuk ke kelas masing-masing, ponsel mereka sama-sama berbunyi. Mereka yang kepo pun langsung merapat ke ketua masing-masing.

"Buruan dicek, Dan," suruh Pasya pada Dania yang sedang melakukan kontak mata dengan Miko.

Dania kemudian menunduk dan membuka pesan terbaru itu. Matanya menajam seiring dengan tangannya yang terkepal kuat. Perubahan yang Dania tunjukkan membuat Inti Forla semakin kepo dengan isi pesan yang Dania dapat.

+628773919xxxx : Sebelum Vektor dan Forla hancur, bukankah lebih seru kalau salah satu ketuanya mengikuti jejak Davin dan Dega?

Miko mendekat ke arah Dania. "Sini hape lo."

"Mau lo apain, Ko?" Pertanyaan Dania tidak digubris oleh Miko. Cowok itu memblokir nomor tidak dikenal itu. Sudah cukup terornya, sudah cukup mengganggunya.

"Gue saranin lo berdua jangan megang hape dulu buat sementara waktu," saran Tama pada Miko dan Dania disetujui oleh yang lainnya

"Orang itu pasti nggak bakal diem aja meskipun udah kalian blokir nomornya. Pasti mereka bakal cari cara lain buat neror kalian," ujar Tama.

Dania menggelengkan kepalanya. "Kalo gue nggak pegang hape, terus gimana caranya gue bisa dapet info tentang bang Beno?"

"Lo ganti nomor lagi aja, Dan," usul Anna.

"Gue udah capek gonta-ganti nomor, An."

"Ya udah, lo hubungi orang yang tau keberadaan bang Beno lewat hape gue aja," ujar Sevina menyerahkan ponselnya.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang