04. Tugas dari Duta

1.6K 134 3
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

"Terus Davin itu siapa, Bang?" tanya Tama kelewat kepo, "tadi pas gue bantu Pasya gendong Dania ke kamar, dia manggil-manggil nama itu."

Duta menunduk sebentar, rasanya ia berat untuk mengulik masa lalunya dan menceritakan kepada lima orang di kanan kirinya itu. Meskipun sudah ikhlas dengan apa yang terjadi dulu, tetapi rasa kehilangan masih menghantuinya.

"Gue tuh pernah denger nama Davin, tapi lupa dia siapa," ucap Tama pelan sembari menggaruk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.

"Herdavin Pramatya. Davin itu abangnya Dania, adik gue juga. Davin sama Dania itu cuma selisih tiga tahun, sedangkan gue sama Davin dan Dania itu jauh selisih umurnya," ujar Duta agar mereka tidak mikir macam-macam.

"Oh iya inget gue," cetus Tama sembari menjetikkan jarinya, "dia kan adiknya pembalap ternama seantero negeri ini."

Miko melirik Tama dengan tatapan menghunus, menegur sahabatnya itu melewati sorot matanya. Ini bukan saatnya untuk membahas di luar topik.

Tama menciut seketika. Ia mengucapkan maaf dan mempersilahkan Duta untuk bercerita lagi.

"Lo semua udah tau siapa Davin kan?" tanya Duta dan mereka mengangguk.

"Setiap lo ada event balap, dia selalu lihat bareng Dania," ujar Miko spontan.

Duta mengangguk, membenarkan hal itu. Meskipun sedikit terkejut karena Miko mengetahui hal itu. Mungkin karena dulu Miko juga sering melihatnya? Entahlah.

"Davin sama Dania itu kayak surat sama perangko. Di mana ada Davin di situ ada Dania. Satu sakit, satunya ikut ngerasain. Mereka udah kayak kembar, tapi beda usia," ujar Duta sembari terkekeh pelan, kekehan iti terdengar sedikit bergetar.

Ia kembali melanjutkan ceritanya sebelum ada yang menimpali, "Waktu Dania kelas delapan, semester dua saat itu, Davin jemput Dania dari tempat les renang Dania. Gue nggak tau cerita lengkapnya, karena Dania sampe sekarang nggak cerita apa-apa. Yang gue tau mereka itu lagi bercandaan pas perjalanan pulang, karena mereka sempet telponan sama nyokap gue. Terus empat jam habis telponan sama nyokap, tiba-tiba ada polisi yang ngabarin orang tua gue kalo Davin sama Dania kecelakaan."

Duta mendongak, menatap lurus ke depan dan bersedekap. Ada sesuatu yang membuat dadanya sesak saat menceritakan kejadian itu.

"Kecelakaan tunggal?" celetuk Miko dan diangguki oleh Duta.

"Karena kecelakaan itu, keadaan Davin sangat parah. Jauh lebih parah dari Dania. Davin koma selama sebulan, dan akhirnya dia meninggal. Dari situ Dania sangat kehilangan Davin," ujar Duta kembali menunduk dan memijat pelan pangkal hidungnya.

"Dari kecil Dania apa-apa sama Davin. Yang selalu nemenin Dania ngapain aja itu Davin. Gue aja nggak terlalu deket sama mereka," lanjut Duta dengan suara yang sedikit tercekat.

"Itu yang bikin Dania bener-bener ngerasa kehilangan Davin. Selain dia trauma dengan kecelakaan itu, dia juga hancur karena Davin pergi. Dia depresi, tertekan sama keadaan yang memisahkan dia sama Davin untuk selamanya. Jujur, gue nggak sehancur Dania. Gue ngerasa kehilangan tapi lebih ikhlas Davin pergi daripada dia harus hidup dengan bantuan alat medis," ujar Duta sembari mengulum senyum getir.

Miko, Lakra, Tama, Akmal, dan Endro hanya bisa diam dan menunggu Duta kembali bercerita. Mereka tahu dan sangat memaklumi jika peristiwa itu sangat traumatis bagi Dania dan Duta.

"Tiga hari setelah kepergian Davin, kondisi Dania yang belum pulih seratus persen harus drop lagi karena dia sempet nyoba buat bunuh diri di umur dia yang masih belia," kata Duta sukses membuat kelimanya tercengang dan sedikit memekik kaget.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang