16. Masa lalu

688 63 6
                                    

SELAMAT MEMBACA💘

•••

Miko menatap layar ponselnya nanar. Cowok dengan kaos hitam dan menyampirkan hoodie merah marun di pundaknya itu masih memikirkan kejadian tadi. Ditambah pesan Duta yang mengatakan Dania kumat dan harus ke psikiater besok.

"Apa gue salah hadir di hidup lo lagi?" gumam cowok itu sembari menyenderkan punggungnya ke dinding.

"Ko, lo nggak balik?" Gerlad mendekat membawa toples berisi camilan dan duduk di depan Miko.

"Gue nginep."

Gerald meletakkan toples itu ke meja dan mengeluarkan bungkus rokok dari saku celana selututnya. Cowok itu tiba-tiba pergi dan balik lagi membawa pematik.

"Sebat dulu lah," ujar Gerald sembari menyelipkan sebatang rokok di sela bibirnya dan mematik ujungnya. "Yang tadi nggak usah dipikirin, Ko."

Miko hanya menanggapi ucapan temannya itu dengan anggukan, lalu ikut merokok. Pikiran dan hatinya masih tetap berkecamuk sekarang. Apa ia harus keluar dari Vektor agar Dania bahagia dan tidak ke psikiater lagi?

"Lakra tumben nggak nginep di sini, biasanya gue berdua sama dia di sini," ujar Gerald.

"Dia masih di rumah Sevina."

"Jam sepuluh gini masih ada di rumah Sevina?" Gerald terkejut. "Wah, nggak kebayang gue. Lakra ternyata udah gede."

"Otak lo perlu gue cuci pake pemutih, Rald. Biar bersih nggak mesum terus." Miko terkekeh pelan.

"Ya lo bayangin. Jam segini cowok di rumah cewek kalo nggak nganu ngapain?" Mata Gerald yang menyipit membuat Miko tergerak untuk melemparnya dengan bantal sofa.

"Dia nemenin Sevina sama nyokapnya sampe bokap Sevina balik. Biar ada cowok yang jagain mereka. Makanya lo punya otak sekali-kali diruqyah."

"Sekata-kata lo sama otak mungil gue yang sangat cerdas ini." Gerald mengusap ubun-ubunnya.

"Muka lo kenapa jadi kusut lagi?" tanya Gerald.

"Nggak pa-pa." Miko melumatkan rokoknya ke asbak dan bangkit. Ia butuh waktu sendiri untuk menenangkan pikirannya. Sebenarnya ia butuh seseorang untuk berbagi sesuatu yang membebani pikirannya, tetapi Gerald bukan orang yang tepat.

"Gue cuma mau jadi bagian dari hidup lo lagi, Dania. Gue mau jagain lo lagi." Miko mengusap wajahnya kasar dan mengumpati dirinya sendiri dalam hati.

•••

Ruang dr. Arlinatasha, SpKJ. Ruangan ini menjadi saksi Dania dirawat karena gangguan mentalnya karena mengalami kecelakaan bersama Davin hingga kehilangan abangnya itu.

"Hai, Dania, apa kabar?" Arlin, psikiater yang selama ini membantu Dania sembuh dari rasa traumanya.

"Hai, Tante Arlin," sapa Dania balik. Dulu saat satu tahun Dania dirawat, cewek itu diminta Arlin untuk memanggilnya tante.

"Kamu mau cerita sama Tante, Sayang?" Arlin mengenggam tangan Dania dan memberinya kehangatan. Senyum Arlin yang ramah membuat Dania juga ikut tersenyum.

"Dania kangen sama bang Davin. Tapi nanti Dania mau ketemu sama dia. Mama semalem janji mau ngajakin Dania ketemu sama abang kesayangan Dania. Tante Arlin mau ikut?"

Mendengar itu membuat senyum semringah Arlin berubah menjadi sendu. Tangan kanannya bergerak ke atas dan mengusap lembut puncak kepala Dania.

"Tante sibuk jadi nggak bisa ikut deh. Nggak pa-pa kan?" Dania mengangguk.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang