SELAMAT MEMBACA💘
•••
Kata-kata Dewa masih terngiang di benak Miko. Percaya dengan musuh atau berpikir positif pada pacarnya sendiri? Dua opsi itu membuat kepala Miko pening sekali. Tetapi melihat isi percakapan di WhatsApp Dania memang menguatkan kata-kata Dewa tadi.
Untuk kesekian kalinya Miko mengacak frustrasi rambutnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
"Kusut banget kayanya," ujar Tama mengambil posisi duduk di samping Miko dan meletakkan segelas kopinya ke meja depan.
"Mikirin Dania lagi?"
Miko menggeleng pelan. Ia tidak mau Tama ikut terbebani dengan masalahnya. Lebih baik ia menyelesaikan itu sendiri. Jika sudah clear baru cerita ke Tama dan yang lainnya.
"Endro udah berangkat?" tanya Miko tidak melihat Endro sama sekali di markas.
"Iya, dia langsung ke bandara nggak mampir ke sini dulu."
"Akmal?"
"Makan di WOP bareng anak-anak yang lain."
Miko mengangguk. "Pantes sepi," katanya melihat ke sekitar.
"Lo nggak latihan balap lagi, Ko?"
"Nggak dulu, waktu itu nyoba latihan sehari kemudian tangan gue ngilu lagi," jawab Miko sembari melihat tangannya yang sempat digips.
Tama terkekeh. "Lagian sok-sokan abis digips udah latihan balap. Sehat kan lo?"
"Otak mah sehat, hati yang nggah sehat," balas Miko dingin membuat Tama menolehkan kepalanya, menatap Miko penuh selidik.
"Lo sama gue sahabatan, Ko. Kalo lo lupa," ujar Tama mengingatkan.
"Gue inget."
"Kalo lo inget kenapa harus sembunyiin masalah lo dari gue?"
"Nggak semua masalah gue, lo juga harus tau, Tam. Biarin gue yang selesein sendiri, kalo gue butuh bantuan gue bakal dateng ke lo."
Tama mengangguk. "Dateng kapan pun yang lo mau. Lo tau nomer hape gue, lo tau rumah gue, dan lo tau di mana gue kalo lagi nggak di markas," katanya.
Obrolan mereka berakhir karena para anggora Forla turun. Mereka terlihat kompak dengan jaket kulit berwarna cokelat dengan lambang bunga gladious di bagian dada sebelah kanan-jaket kebesaran Forla. Tidak lupa gelang yang menjadi identitas anggota Forla dan sebagai akses keluar masuk markas.
"Mau ke mana kalian?" tanya Tama pada kurang lebih empat puluh empat cewek itu.
"Ada yang mau balik, latihan balap di Duta Race, pergi pacaran, ada urusan, banyak lah. Nggak bisa gue jelasin satu per satu," jawab Pasya menjadi jubir dadakan mereka.
"Lo mau ke mana?" tanya Tama pada Pasya.
"Latihan balap di Duta Race. Udah nggak usah kepo, lo tau juga nggak bakal nemenin gue latihan," jawab Pasya memberi komando pada anggotanya untuk pergi duluan.
"Gue temenin ayo!" Tama amat sangat semangat dan memakai hoodie kebesaran Vektor. Lalu, memasang lencana khusus milik anggota Vektor ke bagian dada kanan hoodie-nya.
"Ikut nggak Ko?" tanya Tama menoleh ke arah Miko yang menggelengkan kepalanya.
Dania mengulum senyum tipis melihat respons Miko. Hari ini memang Miko sedikit memberi jarak dengannya. Terlebih setelah kejadian di taman belakang bersama Dewa dan Lakra tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VEKTOR (END)
Teen FictionKisah ini bukan hanya sebatas percintaan, persahabatan, kekeluargaan, tetapi juga ada teka-teki yang harus kalian tuntaskan bersama Miko dan Vektor! "Itu artinya udah nggak bisa lihat cantiknya gue lagi ya?" ••• WARNING! : Simpan yang baik, dan bua...