30. Official

644 56 7
                                    

SELAMAT MEMBACA💘
Aku harap kalian suka sama part ini, klik bintang dan ramein kolom komentar yuuu

•••

"Maksud lo apa bikin keterangan palsu ke Kepsek tentang Vektor?" Miko mencengkeram kuat kerah seragam yang Dewa kenakan. Matanya memberi tatapan menghunus ke cowok itu.

Dewa mendorong Miko hingga cengkeraman tangan Miko terlepas. Kekehan remehnya terdengar. Kemudian membalas, "Vektor memang sering berbuat ulah kan? Gue nggak bikin keterangan palsu. Emang waktu itu Vektor rusuh di SMA Tirta Jaya."

Miko melayangkan tinjuan ke rahang keras Dewa. Tidak ada yang boleh menyenggol dirinya ataupun Vektor. Siapapun yang berani menyenggol, dia harus mau menerima risiko.

"Lo nggak tau apa-apa jangan sok tau!" hardik Miko lantang.

Dewa mengusap rahangnya pelan dan membalas tinjuan Miko. "Bacot!" makinya.

"Denger lo semua!" Miko mengedarkan pandangannya. "Siapapun yang berani nyenggol Vektor, bakal berurusan sama gue!"

"Vektor bukan siapa-siapa!"

Miko kembali menghajar Dewa dengan beringas. Entah apa yang Dewa mau darinya. Kenapa Dewa selalu mencari masalah dengannya. Sebelumnya Miko masih bisa diam saja Dewa berulah, tetapi sekarang tidak. Dewa perlu diberi pelajaran agar tidak mengusik hidupnya lagi.

Sepanjang koridor menuju kantin ramai oleh siswa-siswi yang bersedia berdesakan untuk melihat perkelahian Waketos SMA Anggrek dengan Ketua Vektor. Keduanya dengan beringas saling menghajar satu sama lain. Tidak ada yang berani mendekat melihat keberingasan keduanya.

Anak-anak Vektor yang mendengar kabar ketuanya berkelahi pun berbondong-bondong untuk merapat. Mereka berusaha membubarkan keramaian yang tercipta.

"BUBAR LO SEMUA!" Tama menggerakkan tangannya mengusir siswa-siswi yang bebal tidak mau pergi.

"Ini bukan tontonan, bubar!" tegas Tama sekali lagi.

Seruan protes terdengar menggema di koridor. Mereka semua yang merasa terusir pun mulai menjauh.

"Udah!" Lakra menarik Miko mundur saat melihat Dewa sudah tidak bisa mengimbangi kekuatan temannya itu.

"Gue belum puas hajar dia, Kra. Lepasin gue!" sentak Miko berusaha untuk lepas dari cekalan Lakra.

"Lo mau masuk BK gara-gara berantem sama dia kayak di kantin waktu itu?" Akmal menahan kedua pundak Miko yang naik turun.

"Lo sama Lakra pernah masuk BK gara-gara dia. Mau masuk lagi ke sana? Mau nambah masalah lagi?" cecar Akmal membuat Miko berdecak kesal dan berlalu pergi.

Endro menoleh ke arah Rafi yang baru saja datang. "Urusin tuh wakil lo. Kasian nggak ada yang peduli," sinisnya kemudian mengajak teman-temannya yang lain untuk pergi.

Di sisi lain, Miko berusaha untuk mengompres pipinya yang lebam. Tidak ada yang membantunya sama sekali. UKS sepi, entah kemana yang bertugas di tempat ini.

"Kalo butuh bantuan itu bilang. Jangan diem aja."

Miko mendongak, melihat Dania yang sedang menutup pintu UKS. Cewek itu berjalan menuju etalase penyimpanan P3K.

"Sini gue bantu," ujar Dania mengambil alih es batu yang terlapisi kain dari tangan Miko. Dengan perlahan ia menempelkan itu pada pipi Miko.

"Kalo sakit jangan ditahan. Nggak usah malu sama gue ini," kekeh Dania melihat Miko menahan ringisannya.

"Gue benci banget sama cowok itu. Cari masalah mulu sama gue." Miko mengadu.

"Itu tandanya dia kalah saing sama lo. Biarin aja kalo dia terus-terusan cari muka ke orang lain. Biarin kalo dia berusaha jatuhin lo. Nanti kalo capek juga berenti sendiri," ujar Dania.

VEKTOR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang