21. Helikopter. 💥

3.5K 451 64
                                    


Halaman dengan luas mencapai ribuan meter persegi ini dipenuhi dengan jeritan Melati yang tidak bisa berhenti begitu saja. Kuda besar yang ditunggangi keduanya berlari semakin menggila dibawah kendali Yuza.

Tubuh mungil Melati terhimpit diantara tubuh besar Yuza dan bagian punggung juda. Kedua kaki mungilnya menekuk kuat sebagai bukti betapa Melati ketakutan, tak bisa tenang. Entah sudah berapa putaran mereka mengelilingi halaman inti rumah mewah nan luas ini, membuatnya dipenuhi teriakan histeris seorang Melati yang penakut ini.

"Aaaaa! Tooloong! Stooop! Tuaaan! Aaaa!"

"Aaa! Jangan ngebuut!" Jeritnya memukul bahu kokoh Yuza yang dipenuhi keringat.

Yuza semakin menyeringai, jiwanya semakin tertantang tuk memacu kuda kesangannya berlari lebih kencang. Tak sedikitpun dirinya bersuara, menjawab Melati satu kata sekalipun tidak.

"Aaaah! Bapaak! Tolooong!" Pekik Melati tanpa sadar kesepuluh kukunya menancap dalam pada bahu belakang Yuza.

"Ga mauuu! Eergh! Udaah!"

"Aaaaah! Aaa—." Melati hening seketika. Tubuhnya menyandar lemah dengan mata menutup tenang, begitu pula kedua kakinya yang turun pasrah tak bertenaga.

"Golden, Stop!" Teriak Yuza menggema kencang.

"Melati! Melati? Melati bangun, Melati!" Pintanya mengguncang tubuh mungil yang lemah tak bertenaga ini.

"Kak Meeel!"

"Eergh!!" Geram Yuza dalam sekali gerakan mendekap kencang, satu kakinya menginjak tuk mendapat pertahanan, lalu kedua kakinya turun menginjak tanah dengan mulus, begitu seimbang.

Para pelayanan berlarian segera, Yuza dengan secepat kilat membawa Melati menuju gazebo dengan ornamen klasik juga royal, serupa dengan gazebo kerajaan sukses pada umumnya. Dengan penuh perhatian Yuza menyimpan tubuh Melati diatas sofa tanpa kaki, khas lesehan.

"Melatii? Melati bangun! Hei! You okay?" Tanya Yuza menepuk lemah bergantian pada kedua pipi Melati.

"Kak Mel! Om Yuza, kakaknya Adit kenapa? Om Yuza apain?"

"N-no! Saya ga apa-apain!" Terang Yuza pada Adit yang menatap tak terima.

"Hiks. Adiiit!" Jerit Melati tiba-tiba terbangun memeluk erat tubuh adiknya yang berjongkok disamping. Wajah Melati sembunyi pada ceruk leher sang adik. Melati lanjut meraung histeris, tak ada satupun yang mampu membuatnya tenang segera.

"Huuuu! Tuan Yuza jahaat. Huuu. Kak Melati takuuut. Tuan Yuza sengaja teruuss. Huuuu. Bapaaak."

"Melatii? Kamu ga pingsan? Kamu pura-pura?" Sembur Yuza menatap nyalang tak terima.

"Iya! Hiks. Melati takut! Tuan Yuza tuli! Tuan Yuza sengaja!" Bentak Melati menatap sangar dengan wajah culunya itu. Jari telunjuk Melati menekan-nekan penuh kemarahan pada dada telanjang Yuza.

"Adiiit! Huuuuu! Takuuut. Huuu."

"Kak Mel ga mau naik kuda ngebuut. Ga mau kayak tadiii. Huuuu!" Ungkapnya meraung sedih.

Yuza terdiam diselimuti rasa bersalah. Perlahan tangan besarnya naik mengusap kepala Melati dari belakang. Yuza kira Melati hanya terkejut merasakan sensasi menunggang kuda yang memang khas itu.

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang