81. Rindu.

913 67 12
                                    


Melatih mengantar Juara ke Play gorund dengan outfit tennis berwarna hijau muda yang pas di tubuh. Topinya tidak menutupi atas kepala, sangat menambah aura keseriusan.

Mengantar anaknya sekolah adalah hal menyenangkan bagi Melati. Selalu ada hal baru yang anaknya dapatkan dari bermain bersama sembari belajar hal baru.

"Maasyaa Allah, pake kostum apa cih? Ini koctum apaa? Hmmm? Hihihi." Melati berjongkok membenarkan penampilan anaknya.

"Ganteng banget, ya?! Ya?! Haha," ucapnya pada asisten pribadi.

"Hihi. Bunaa yucuu," cici Waya menciut.

"Eerrgh! Gemesnyaaa!"

"Iiiiii! Bunaaa!" ringis Waya terpejam menerima cubitan di pipi.

"Sun bunda dulu!"

"Sini!"

"Hihi. Cun bunaaa!" ucap Waya sangat semangat meloncat naik turun. 

Wajah cantik itu meringis bahagia menerima kecupan bertubi. Ia beri kelitikan kecil pada pinggang itu hingga anaknya menjerit.

"Ahaha! Geliii!" pekik Waya dengan aksen cadel yang tebal.

'Drrt.'

'Drrt.'

"Capa bunaa? Ciapah?"

"Sebentar. Bentar. Ini daddy," ucap Melati menahan tangan mungil yang berusaha menarik ponsel.

"Ha-halo, mas? Aku lagi di play ground, lho, ini. Ada apa, mas? Di sana jam berapa emang?"

"Berisik. Bawel!"

"Oohh,.. gitu yaa kalo vc-an sama istri tercinta tuuh. Ouhh,.." Melati memicing.

"Hahaha. Ya udah, okay, daddy minta maaf."

"Wlee! Ga bakal dimaafin! Kecuali bawa satu set perhiasan dari Cartier yang cuman ada tiga di Asia."

"Ap-apa? Wa-wait! Perhiasan?"

"Really? Haha. Sejak kapan istri aku minta gitu-gitu."

Melati mengangkat angkuh dagunya. Ia berlagak tak mau menatap suaminya di sana. Ya, Melati tidak menginginkannya, dirinya hanya ingin mengetes saja.

Okay, fine. Kirim fotonya. Sehari launching langsung ada di kamar kamu."

"Ummm! Really?" cicit Melati entah kenapa tersipu malu. Padahal dirinya menunjukkan kalau dirinya tidak serius.

"Biasanya kamu minta cilok. Hahaha."

"Iew! Biarin, lah! Weeww!" sembur Melato melotot.

Keduanya sama-sama lupa akan kejadian beberapa hari lalu, yang mana mereka bertengkar cukup serius.

"Terus, Juara mana?" tanya Yuza disana berganti pakaian memakai baju tidur.

"Ju-juar-. Waya?"

"Mas Yuza cari Waya? Eh? Waya mana? Eh? Wayaa?"

Yuza mengancingkan baju tidur sembari membungkuk mendekatkan wajah pada ponsel. Disana kamera menyorot tak jelas. Istrinya sedang berlari menuju area taman.

Teriakan lembut Melati membuat Yuza mendengus. Yuza tertawa sembari melepas gelang-gelang di tangan.

"Wayaaa! Ini daddy, Wayaa! Eii! Malah kabuur! Oii!" teriak Melati dengan suara kecilnya.

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang