Melati berlari kecil membawa Juara yang ia buat melayang lurus di kedua tangan. Mereka sebut kalau Juara adalah pesawat. Keduanya berisik di ruang tengah di mana tv besar berada. Yuza yang sedang fokus pada ponselnya di kejauhan hanya mengerling.
Banyak foto yang Yuza terima dari Devi. Ia sibuk menelisik foto wanita itu satu persatu. Siapa yang sampai berani mengusir istrinya? Anak ia buat wanita itu menyesal.
"Ciuuuwww! Terbaaang!" pekik Melati mempercepat laju terbang anaknya yang mengernyap senang, namun setengah ketakutan.
"Ciuuw! Ahaha!"
"Bunaaa! Clow ton!" pekik Juara memarahi ibunya.
"Apa? Slow down? Wlee... ga mauu." Melati melotot menjulurkan lidah dengan posisi tubuh anaknya terbang di atas wajah.
"Yang bener dulu ngomongnya, makanya! Wlee!"
"Eergh! Bunndaa!" bentak Juara cemberut memukul wajah ibunya sampai ibunya meringis karena terkejut.
Bukannya marah, Melati justru mencerca dengan bawel. Bukannya luluh, Juara justru kembali memukul.
"Juara!" teriak Yuza begitu menyeramkan membuka lebar kedua mata.
Tubuh Melati dan anaknya kompak terperanjat. Bentakan itu sungguh menakutkan.
"Turunin sekarang!"
"M-maas..."
"Juara, turun!" geram Yuza hampir membentak. Istrinya tampak mematung seiring menurunkan Juara.
Juara mencebik menahan tangis. Ia tatap ayahnya dengan penuh rasa takut dan sedih. Sebelum ia semakin ja dimarahi, ia memutuskan tuk pergi.
Melati akan menahan Juara, namun suaminya memperingati. Ia tak berani menolak.
"Bii! Bibii! Tolong jaga Waya." Melati berteriak parau dalam kondisi tak ada pelayan yang terlihat di matanya.
"Sini, ini foto-fotonya udah ada."
"Foto-foto apa?" tanya Melati tak berminat banyak. Sekujur tubuhnya lemas.
"Sini lihat, sayang."
Yuza mendengus kala merengkuh pinggang istrinya sampai tubuh itu memutar dan bokong itu mendarat di atas lahunan. Ia belai pinggang sampai perut itu. Ia menyeringai kala membelai wajah cantik istrinya.
Tiba-tiba pria itu menggeram kecil. Ia marah mencium bau istrinya. Yuza benci bau bayi.
"Kamu bau bayi. Aku ga suka." Yuza menatap serius. Ia mendelik, lalu tatapannya lurus ke depan.
"Aku abis mandiin Waya. Nanti aku ganti baju."
"Lagi pula aku lagi hamil, lho, mas. Ini anak kedua. Masa kamu masih ga suka bau bayi?" tanya Melati sangat lemah dan hati-hati. Ia masih kecewa dengan kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...