*********
Ibu dari Yuza itu gemetar menerima hembusan angin dari baling-baling helikopter besar. Rambut dan selendang tebalnya berhembus, kedua tangannya turun dengan lemah.
"Yuza datang, sayaang. Hiks. Kakaak, dedeek. Hiks," tangis Sara pecah kala dua anak perempuannya mendekap hangat. Ia usap dua pipi anaknya seiring menyandar lemah. Anak sulungnya menangis tanpa suara sejak tadi.
"Iya, mamiih. Yuza dateeng." Sharon mencebik menahan tangis.
Sarip menyandar lemah pada kursi yang sengaja pelayan beri atas perintah Sara. Sarip begitu lemah, wajahnya pucat, ada cekungan besar di bawah mata, bibirnya kering.
"Kita nyampe, Melati." Yuza meraih tangan Melati. Pintu di hadapan mereka membuka otomatis perlahan.
Melati menitikkan airmata kala perlahan pemandangan di luar sana bisa ia lihat jelas. Melati membeku bak patung, dirinya terkejut melihat kondisi ayahnya di sana.
"Melatiii,.. hhhh! Anak pak Sariip," lirih Sarip benar-benar tak bisa duduk tegap, begitupun kepalanya.
"Adiiit! Bapaaaak!" Teriak Melati berlari kencang memikul rindu yang besar. Airmata mengucur deras, kedua tangan membuka siap mendekap sosok pria yang paling ia cinta dan juga paling mencintainya.
Tangis Sarip dan Adit pecah begitu histeris. Melati berlari kencang di padang rumput indah ini. Sarip mencebik sedih. Anaknya begitu cepat mendekat, lalu mendekap erat padanya, membuat Sarip nyaris tak percaya.
"Huuuu! Huuuu! Anak bapaak! Huuu! Melati Indaah. Hiks. Hiks. Anak bapaak. Si cantiik. Hiks. Bapak kangen, Meel. Hiks. Hiks." Sarip meraung histeris. Seerat mungkin ia dekap anaknya yang berlutut.
"Kak Meel. Kaak. Hiks." Adit berlutut ikut memejamkan mata, mendekap Sarip dan Melati yang saling mendekap.
"Hiks. Hiks. Huuuu. Melati kangen kaliaan. Huuu. Bapaaak. Adiiit. Huuuu. Huuuu."
Yuza terperangah menatap sosok ibu peri nyata di hidupnya. Ibunya yang cantik kini begitu kurus. Ibunya di sana melangkah lemah terpincang-pincang, segera didekap ayahnya tuk dituntun. Dua tangan ibunya sudah terarah naik sejak tadi, meminta dirinya segera datang ke dalam dekapan.
"Mih," ucap Yuza mencebik dengan airmata melintasi pipi. Ia tutup mulutnya dengan kepalan tangan, menarik napas sebanyak mungkin.
"Yuzaaa! Hiks. Hiks. Naak. Hiks. Hiks. Ini mamih, naak." Sara melangkah dibantu suaminya. Yuda begitu sigap nan lembut memeluk tangannya, menahan agar dirinya tak sampai jatuh.
Sara tersenyum haru. Yuza menerbitkan senyuman di sana, Yuza masih berdiri di depan pintu helikopter. Yang paling membuatnya bahagia adalah anaknya yang kini melangkah, sama membuka kedua tangan seperti dirinya.
Celina dan Sharon berlarian saling menggenggam satu sama lain. Keduanya hadir tepat saat ibu dan saudara mereka saling mendekap. Segera keduanya ikut mendekap, menyalurkan rindu mereka pada saudara laki-laki satu-satunya.
Yuda terpejam haru seiring mendongak meraup napas. Ia dekap siapa yang bisa ia dekap. Ia kecup pucuk kepala istrinya, lalu perlahan pada anaknya satu persatu.
"Hiks. Huuu. Yuzaaa. Mamih ga bisa, Yuzaa. Mamih ga mau lagi, Yuzaa. Huuu." Sara menggeleng kuat seiring mendekap, tak ingin sedikitpun melepas anaknya. Kecupan Yuza di keningnya semakin membuat Sara menangis histeris. Terasa betul tiga orang lainnya mulai mendekap, termasuk suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati's love story [TAMAT]
General FictionMelati si cantik, sangat cantik. Si baik, sangat sangat baik, mungkin terlalu baik, namun miskin dan juga menderita, disandingkan dengan si tampan emosional, bergelimang harta, dan penuh kesenangan hidup. Melati sama sekali tidak tahu menahu diriny...