43. Larang ketemu bayi.

2.6K 321 127
                                    

Bayi kecil dalam bedongan kain flanel baru itu tertidur lelap di ranjang pasien

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bayi kecil dalam bedongan kain flanel baru itu tertidur lelap di ranjang pasien. Perlahan selimut lucu menutup, Melati dengan senang hati menutupnya. Baru saja Melati akan melepas kain selimut dari tangan, tiba-tiba Sara mencekal pelan.

Menatap tangannya yang dicekal lembut, sontak Melati mendongak pada sang ibu mertua. Di sana ibu mertuanya menggeleng, memberi tahu kalau itu tak boleh. Melati yang mendapati itu pun segera patuh tanpa bertanya. Ibu mertuanya sudah sangat berpengalaman.

"Biarin pake kain flanel aja. Nanti kegerahan. Tunggu dulu badannya menyesuaikan." Sara duduk di seberang Melati mengusap kepala bayi itu.

"Nama bayinya siapa, mamih?" Tanya Melati hati-hati menyentuh pipi merah itu.

"Katanya ga ada yang tahu. Ga dikasih nama juga di boxnya." 

"Haa? Uuuhh ... kasihan, yaa." Melati meringis sedih. Ia tatap bayi merah yang begitu nyenyak tertidur.

"Di sofa, yuk, ngobrolnya. Kasihan dia." Sara berdiri menggerakkan telapak tangan sebagai ajakan serius. Melati mengangguk patuh, lalu segera mengikutinya yang duduk di sofa besar depan ranjang pasien bayi itu. Para pelayan Sara segera menuju ranjang, menjaga di sana.

"Mau ngobrol apa, mamih? Hehe." Melati duduk setengah menyamping menghadap Sara.

"Melati belum punya hape lagi?"

"Ooh, ... belum, mamih. Mas Yuza ga kasih izin. Katanya mau dibeliin nanti." Melati melebarkan senyum manis, mengedikkan bahu sebagai tanda dirinya baik-baik saja.

Sara melipat bibir tuk sesaat. Matanya menatap serius pada bola mata itu, membuat sang empunya salah tingkah. Sara merasa anaknya terlalu berlebihan. Sara tahu anaknya punya waktu, dan Sara selalu mengingatkan. Beda dengan Sara dulu, dulu suaminya memang sangat lupa.

"Melati pernah minta dibeliin hape apa belum?"

"Pernah, beberapa kali. Kan, mau hubungin bapak. Tapi kata mas Yuza lewat telfon rumah aja sama hape mas Yuza. Terus, ada hape pelayan juga," terang Melati masih diberi tatapan menelisik oleh ibu mertuanya.

"Tapi mas Yuza ga pelit, kok. Beneran, deh!" Sanggah Melati menyilangkan tangan berulang kali.

"Ouuh, ... iya, iya, sayang. Mamih cuma penasaran aja, kok."

Melati tersenyum dan mendengus manis. Ia biarkan sisi kepalanya diusap. Melati takut suaminya disudutkan, padahal suaminya sudah janji akan memberi ponsel walaupun entah itu kapan.

Hampir tiga jam lamanya Melati menghabiskan waktu di kamar rumah sakit ini bersama Sara dan rombongannya. Di sini Melati sudah makan, mengobrol dengan para pelayan, menenangkan bayi kala menangis, menunggu bayi itu tertidur dan sampai menangis lagi.  Bahkan peralatan bayi yang Sara suruh beli pada pelayannya sudah ada semua.

Melati's love story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang